Selasa, 15 Februari 2011

Untukmu, Rasulku...

Semoga keselamatan dan keberkahan selalu tercurah padamu Rasul..
Mengapa saya memilih judul ini?
Karena saya teringat akan sepenggal kisah Rasulullah kurang lebih ceritanya sebagai berikut..

Suatu hari Rasulullah saw, seorang pemimpin yang luar biasa kuat, menangis sesegukan selesai melaksanakan solat.
Para sahabat pun bingung melihatnya. Ada apa gerangan sang Rasul menangis, padahal tak ada sebab ataupun hal yang patut membuat beliau sedih menurut para sahabat waktu itu..
Rasul terus menangis, seperti sedih sekali. Para sahabat yang tak tahan melihat air mata sang rasul pun akhirnya bertanya,
" Ya Rasul, mengapa engkau bersedih? apa gerangan yang membuatmu sedih?"
Dengan tercekat Rasul pun menjawab, "Aku sedang rindu pada saudara-saudaraku"
Para sahabat pun bingung mendengar jawaban rasul, lantas bertanya kembali, " Bukankah kami ini saudaramu?"
Rasul menggelengkan kepalanya, " Bukan, kalian bukan saudaraku, kalian adalah sahabatku. Saudaraku adalah mereka, umatku yang tak pernah berjumpa denganku, namun mereka tetap mencintaiku, tetap menjalankan sunnahku.."

Subhanallah....
Siapakah mereka yang dianggap sang rasul sebagai saudaranya? Mereka adalah kita wahai saudaraku..
kita yang tak pernah berjumpa dengan Rasullullah, terpisah jarak dan waktu yang sangat jauh.....
Insayaallah, semoga kita orang yang diaksud oleh rasul, yang tetap mencintainya, tetap istiqomah, tak pernah ragu akan sunnahnya.
lalu jika rasulullah saja sempat memikirkan kita hingga menangis karena rindu pada kita,lantas pertanyaannya, sudahkah kita menangis karena rindu yang menggebu pada Rasulullah? Jika sudah, kapan terakhir kali kita menangis mengingat rasul atau belum pernah sama sekali?

penggalan kisah yang kedua, yang seringkali membuat saya tertunduk haru, sedih, lagi malu..
kisah di detik-detik terakhir sakaratul maut sang rasul.
Saat itu, rasulullah terbaring lemah dengan keringat dingin yang mengucur deras di sekujur tubuhnya..
Ia menahan sakit yang luar biasa saat itu. Hingga malaikat pun tak sanggup menatap kesakitan hamba yang paling dicntai Allah itu..
Para sahabat yang melihat kondisi Rasul saat itu pun sedih sekali, sedih melihat orang yang mereka cintai tengah meregang nyawanya..
Rasulullah yang melihat malaikat Jibril yang saat itu membuang muka pun bertanya, "Ya Jibril, mengapa engkau tak mau melihatku? Apa begitu menjijikkan melihatku saat ini?"
Jibril pun menjawab," Tidak ya Rasul, sungguh bukan seperti itu. Aku tidak tahan melihat kekasih Allah merasakan sakt seperti itu."
Benar saja, Rasulullah merasakan sakitnya sakaratul maut saat itu, padahal malaikat sang pencabut nyawa melakukan tugasnya dengan luar biasa lembut. Izrail mencabut nyawa sang Rasul dengan sangat sangat lembut, tapi dengan cara terlembut pun sakaratul maut itu tetap saja menyakitkan.
Bayangkan saja sobat, sakaratul maut itu bagaikan tersayat 700 pedang, Allahu Robbi...
Di tengah kesakitannya, rasul berkata," Alangkah sakitnya sakaratul maut ini ya Allah..Limpahkan seluruh rasa sakit sakaratul maut padaku saja, tapi jangan pada umatku.."
Allahuakbar!! Itu kata-kata yang keluar dari mulut sang Rasul. Bukan meminta agar sakaratul mautnya dimudahkan, bukan itu...
"Rasulullah, katakan apa permintaanmu yang terakhir, maka akan aku kabulkan," ujar Jibril saat itu.
Tanpa berpikir lama, Rasul yang mulia berkata," Ummmati..ummati..ummati...(umatku, umatku, umatku)"
Kata inilah yang menjadi kata penutup dari sang rasul..
Allahumma solli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad..

Betapa besar rasa cinta Rasulullah pada kita, umatnya. Hingga di akhir nafasnya pun hanya kita umatnya yang beliau pikirkan..bukan hartanya, bukan anak istrinya,,bukan..
Lalu pertanyaannya, sudahkah kita membalas cinta sang Rasul? sudahkah kita mengingat beliau di setiap solat kita?
Wallahualam bi showab...

Semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat Rasulullah kelak di hari setiap orang meminta pertolongannya...
Ya Allah..izikan aku bertemu dengan Rasul-Mu, aku ingin melihat wajahnya, sebentar saja, sebentar..Ingin aku katakan, aku sungguh mencintaimu wahai rasulku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 15 Februari 2011

Untukmu, Rasulku...

Semoga keselamatan dan keberkahan selalu tercurah padamu Rasul..
Mengapa saya memilih judul ini?
Karena saya teringat akan sepenggal kisah Rasulullah kurang lebih ceritanya sebagai berikut..

Suatu hari Rasulullah saw, seorang pemimpin yang luar biasa kuat, menangis sesegukan selesai melaksanakan solat.
Para sahabat pun bingung melihatnya. Ada apa gerangan sang Rasul menangis, padahal tak ada sebab ataupun hal yang patut membuat beliau sedih menurut para sahabat waktu itu..
Rasul terus menangis, seperti sedih sekali. Para sahabat yang tak tahan melihat air mata sang rasul pun akhirnya bertanya,
" Ya Rasul, mengapa engkau bersedih? apa gerangan yang membuatmu sedih?"
Dengan tercekat Rasul pun menjawab, "Aku sedang rindu pada saudara-saudaraku"
Para sahabat pun bingung mendengar jawaban rasul, lantas bertanya kembali, " Bukankah kami ini saudaramu?"
Rasul menggelengkan kepalanya, " Bukan, kalian bukan saudaraku, kalian adalah sahabatku. Saudaraku adalah mereka, umatku yang tak pernah berjumpa denganku, namun mereka tetap mencintaiku, tetap menjalankan sunnahku.."

Subhanallah....
Siapakah mereka yang dianggap sang rasul sebagai saudaranya? Mereka adalah kita wahai saudaraku..
kita yang tak pernah berjumpa dengan Rasullullah, terpisah jarak dan waktu yang sangat jauh.....
Insayaallah, semoga kita orang yang diaksud oleh rasul, yang tetap mencintainya, tetap istiqomah, tak pernah ragu akan sunnahnya.
lalu jika rasulullah saja sempat memikirkan kita hingga menangis karena rindu pada kita,lantas pertanyaannya, sudahkah kita menangis karena rindu yang menggebu pada Rasulullah? Jika sudah, kapan terakhir kali kita menangis mengingat rasul atau belum pernah sama sekali?

penggalan kisah yang kedua, yang seringkali membuat saya tertunduk haru, sedih, lagi malu..
kisah di detik-detik terakhir sakaratul maut sang rasul.
Saat itu, rasulullah terbaring lemah dengan keringat dingin yang mengucur deras di sekujur tubuhnya..
Ia menahan sakit yang luar biasa saat itu. Hingga malaikat pun tak sanggup menatap kesakitan hamba yang paling dicntai Allah itu..
Para sahabat yang melihat kondisi Rasul saat itu pun sedih sekali, sedih melihat orang yang mereka cintai tengah meregang nyawanya..
Rasulullah yang melihat malaikat Jibril yang saat itu membuang muka pun bertanya, "Ya Jibril, mengapa engkau tak mau melihatku? Apa begitu menjijikkan melihatku saat ini?"
Jibril pun menjawab," Tidak ya Rasul, sungguh bukan seperti itu. Aku tidak tahan melihat kekasih Allah merasakan sakt seperti itu."
Benar saja, Rasulullah merasakan sakitnya sakaratul maut saat itu, padahal malaikat sang pencabut nyawa melakukan tugasnya dengan luar biasa lembut. Izrail mencabut nyawa sang Rasul dengan sangat sangat lembut, tapi dengan cara terlembut pun sakaratul maut itu tetap saja menyakitkan.
Bayangkan saja sobat, sakaratul maut itu bagaikan tersayat 700 pedang, Allahu Robbi...
Di tengah kesakitannya, rasul berkata," Alangkah sakitnya sakaratul maut ini ya Allah..Limpahkan seluruh rasa sakit sakaratul maut padaku saja, tapi jangan pada umatku.."
Allahuakbar!! Itu kata-kata yang keluar dari mulut sang Rasul. Bukan meminta agar sakaratul mautnya dimudahkan, bukan itu...
"Rasulullah, katakan apa permintaanmu yang terakhir, maka akan aku kabulkan," ujar Jibril saat itu.
Tanpa berpikir lama, Rasul yang mulia berkata," Ummmati..ummati..ummati...(umatku, umatku, umatku)"
Kata inilah yang menjadi kata penutup dari sang rasul..
Allahumma solli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad..

Betapa besar rasa cinta Rasulullah pada kita, umatnya. Hingga di akhir nafasnya pun hanya kita umatnya yang beliau pikirkan..bukan hartanya, bukan anak istrinya,,bukan..
Lalu pertanyaannya, sudahkah kita membalas cinta sang Rasul? sudahkah kita mengingat beliau di setiap solat kita?
Wallahualam bi showab...

Semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat Rasulullah kelak di hari setiap orang meminta pertolongannya...
Ya Allah..izikan aku bertemu dengan Rasul-Mu, aku ingin melihat wajahnya, sebentar saja, sebentar..Ingin aku katakan, aku sungguh mencintaimu wahai rasulku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar