Rabu, 16 Februari 2011

You are what you think

Bismillahirrahmanirrahim...

Sore ini terbesit keinginan untuk menuliskan sesuatu tentang sepotong kalimat, 'kita adalah apa yang kita pikirkan'.

Saya kembali teringat akan sebuah tausiyah dari salah seorang adikku ^^ (jazakillah ya dek), yang menceritakan kisah sebuah arloji.
Alkisah, suatu hari, si arloji ditanya oleh tuannya.
"Hei arloji, bisakah kamu berdetak 1000 kali dalam satu menit?"
si arloji menjawab dengan nada terkejut," Apa? Bagaimana mungkin aku bisa berputar sebanyak itu dalam waktu satu menit?"
"Kalau begitu bisakah kamu berdetak 100 kali dalam satu menit?"
si arloji berpikir keras lalu menjawab," Rasanya masih terlalu sulit untukku"
"Baiklah, kalau begitu bisakah kamu berdetak 60 kali dalam satu detik?
arloji kembali menimbang-nimbang," Oh, kalau begitu aku sanggup"
Jadilah, tugas arloji hanya berdetak 60 kali dalam satu menit..

Dari kisah di atas, simpel sekali hikmahnya. Seberat atau seringan apapun beban yang diberikan pada kita adalah tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Ketika kita melihat suatu masalah itu berat, maka yang dirasakan ya benar-benar berat dan sebaliknya.

Hmm, berbicara masalah persepsi dan cara memandang, saya sering juga memperhatikan bagaimana orang-orang hebat memandang setiap keadaan yang ada di sekitarnya..
Bagaimana mereka dapat menjadikan pelajaran setiap apa yang dilihat. Mungkin ini bisa jadi sesuatu yang kita renungkan.

Ya contohnya saja, kita sering mendengar kabar kematian, tapi jarang sekali dijadikan nasihat.
Sering kita melihat orang-orang yang hidup serba kekurangan, tapi jarang sekali kita jadikan nasihat. Kita lebih sering menggerutui, kenapa aku tidak punya seperti dia? Atau duh, cuma bisa makan nasi tempe hari ini nih (hufh), tapi tak pernah bersyukur, ternyata ada lho yang menahan perutnya yang lapar karena tak mampu membeli barang sebuah kerupuk pun...

Kembali ke 'kita adalah apa yang kita pikirkan',
saya bukanlah orang yang paling baik menata pikiran saya kawan.
Tapi, bukankah tidak salah jika kita berusaha untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain agar lebih baik dari hari ini..
Poin penting dari tulisan saya ini seperti ini, berpikirlah dengan cara yang berbeda ketika kita merasa buntu menghadapi sebuah permasalahan.
Ya, saya sedang mencoba seperti itu.
Menganggap sebuah hal yang mungkin bagi orang lain aneh, tapi saya bangga karena tak banyak orang aneh di dunia ini..
Contohnya saja kawan, di kampus. Saya sering senyum sendiri ketika saya menyadari betapa anehnya saya.
Teman-teman satu kelas dengan saya di semester 8 ini betapa tiap hari sibuk dengan proposalnya..sibuk dengan bimbingan, perbaikan proposal, dsb..
Lah, tapi kok saya masih sibuk dengan sks syuting..(^^v)
bukan hanya saya, ada satu orang teman setia saya juga di kelas (he..nyai)
Teman-teman sering mengernyitkan keningnya, ketika bertanya, "Res, mau kemana?"
aku hanya senyum, "ada syuro"
mereka hanya bilang, "ohh, padahal kami mau ngajak ke perpus"

Sungguh jadi orang aneh ya? Mereka tentu aneh, kok bisa-bisanya saya dengan santai di saat-saat yang menyibukkan bagi mereka..
^__^
Teman, saya juga punya keinginan besar seperti kalian untuk urusan kuliah ini. Dan tentu saja aku bukan tidak bergeming dengan kewajiban akademikku. Tapi aku sedang menyiapkan langkahku, untuk mundur selangkah dan maju dua-tiga langkah, bahkan berlari..

*utk saudari2ku seperjuangan (terutama nyai), jangan ragu dengan apa yang kita pilih. Allah tak pernah ingkar janji. Ketika kita menolong agama Allah, maka yakinlah Allah pun menolong kita. Urusan apapun, serumit apapun, akan mudah jika Allah ridho atas diri kita. Tetap semangat dan saling menguatkan.
Kita sama seperti mereka ukhti..Semangat dengan syuting sambil bimbingan, bersyukurlah karena masih bisa memikirkan konsepan" sambil menyusun proposal..
Semangat!!!
Kita buktikan kita bisa menyelesaikan keduanya dengan baik, tanpa ada yang terzolimi..Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 16 Februari 2011

You are what you think

Bismillahirrahmanirrahim...

Sore ini terbesit keinginan untuk menuliskan sesuatu tentang sepotong kalimat, 'kita adalah apa yang kita pikirkan'.

Saya kembali teringat akan sebuah tausiyah dari salah seorang adikku ^^ (jazakillah ya dek), yang menceritakan kisah sebuah arloji.
Alkisah, suatu hari, si arloji ditanya oleh tuannya.
"Hei arloji, bisakah kamu berdetak 1000 kali dalam satu menit?"
si arloji menjawab dengan nada terkejut," Apa? Bagaimana mungkin aku bisa berputar sebanyak itu dalam waktu satu menit?"
"Kalau begitu bisakah kamu berdetak 100 kali dalam satu menit?"
si arloji berpikir keras lalu menjawab," Rasanya masih terlalu sulit untukku"
"Baiklah, kalau begitu bisakah kamu berdetak 60 kali dalam satu detik?
arloji kembali menimbang-nimbang," Oh, kalau begitu aku sanggup"
Jadilah, tugas arloji hanya berdetak 60 kali dalam satu menit..

Dari kisah di atas, simpel sekali hikmahnya. Seberat atau seringan apapun beban yang diberikan pada kita adalah tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Ketika kita melihat suatu masalah itu berat, maka yang dirasakan ya benar-benar berat dan sebaliknya.

Hmm, berbicara masalah persepsi dan cara memandang, saya sering juga memperhatikan bagaimana orang-orang hebat memandang setiap keadaan yang ada di sekitarnya..
Bagaimana mereka dapat menjadikan pelajaran setiap apa yang dilihat. Mungkin ini bisa jadi sesuatu yang kita renungkan.

Ya contohnya saja, kita sering mendengar kabar kematian, tapi jarang sekali dijadikan nasihat.
Sering kita melihat orang-orang yang hidup serba kekurangan, tapi jarang sekali kita jadikan nasihat. Kita lebih sering menggerutui, kenapa aku tidak punya seperti dia? Atau duh, cuma bisa makan nasi tempe hari ini nih (hufh), tapi tak pernah bersyukur, ternyata ada lho yang menahan perutnya yang lapar karena tak mampu membeli barang sebuah kerupuk pun...

Kembali ke 'kita adalah apa yang kita pikirkan',
saya bukanlah orang yang paling baik menata pikiran saya kawan.
Tapi, bukankah tidak salah jika kita berusaha untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain agar lebih baik dari hari ini..
Poin penting dari tulisan saya ini seperti ini, berpikirlah dengan cara yang berbeda ketika kita merasa buntu menghadapi sebuah permasalahan.
Ya, saya sedang mencoba seperti itu.
Menganggap sebuah hal yang mungkin bagi orang lain aneh, tapi saya bangga karena tak banyak orang aneh di dunia ini..
Contohnya saja kawan, di kampus. Saya sering senyum sendiri ketika saya menyadari betapa anehnya saya.
Teman-teman satu kelas dengan saya di semester 8 ini betapa tiap hari sibuk dengan proposalnya..sibuk dengan bimbingan, perbaikan proposal, dsb..
Lah, tapi kok saya masih sibuk dengan sks syuting..(^^v)
bukan hanya saya, ada satu orang teman setia saya juga di kelas (he..nyai)
Teman-teman sering mengernyitkan keningnya, ketika bertanya, "Res, mau kemana?"
aku hanya senyum, "ada syuro"
mereka hanya bilang, "ohh, padahal kami mau ngajak ke perpus"

Sungguh jadi orang aneh ya? Mereka tentu aneh, kok bisa-bisanya saya dengan santai di saat-saat yang menyibukkan bagi mereka..
^__^
Teman, saya juga punya keinginan besar seperti kalian untuk urusan kuliah ini. Dan tentu saja aku bukan tidak bergeming dengan kewajiban akademikku. Tapi aku sedang menyiapkan langkahku, untuk mundur selangkah dan maju dua-tiga langkah, bahkan berlari..

*utk saudari2ku seperjuangan (terutama nyai), jangan ragu dengan apa yang kita pilih. Allah tak pernah ingkar janji. Ketika kita menolong agama Allah, maka yakinlah Allah pun menolong kita. Urusan apapun, serumit apapun, akan mudah jika Allah ridho atas diri kita. Tetap semangat dan saling menguatkan.
Kita sama seperti mereka ukhti..Semangat dengan syuting sambil bimbingan, bersyukurlah karena masih bisa memikirkan konsepan" sambil menyusun proposal..
Semangat!!!
Kita buktikan kita bisa menyelesaikan keduanya dengan baik, tanpa ada yang terzolimi..Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar