Padamu yang sering terlambat aku menyadarinya. Walau kadang sering kita berpapasan dalam dimensi waktu dan ruang yang sama. Mungkin karena saat itu aku terlalu meyakini, kita akan selalu berada dalam satu koridor, titik balik yang akan bertolak pas sekali di waktu aku berjanji semua selesai disini.
Ajaib. Yang kutahu hanya ada satu kali. Maka sesal yang didapat hingga aku ingin mengulanginya. Untuk sekedar segera menyadarinya.
Kini, yang paling kuingat, "Resti, bagaimana ini? Apa kau akan mengabaikanku setelah semuanya sudah terjadi sesuai harapmu?"
Ah, aku terlalu polos untuk menyadari kalau saat itu kamu benar-benar mengujiku.
Aku hanya menjawabmu dengan tersenyum lalu berlalu begitu saja. Bukan karena aku tak berterima kasih. Tapi karena tadi, aku yakin kamu selalu datang ketika aku minta. Kamu selalu berada di garis vertikal tepat di tempat ku berdiri.
Aku hanya menjawabmu dengan tersenyum lalu berlalu begitu saja. Bukan karena aku tak berterima kasih. Tapi karena tadi, aku yakin kamu selalu datang ketika aku minta. Kamu selalu berada di garis vertikal tepat di tempat ku berdiri.
Sekarang aku mengerti. Sebuah penyadaran yang kamu katakan itu terlambat bukan?
Kamu tak sesetia itu ternyata. Mungkin sekarang kamu lelah atau kecewa akan kebodohanku.
Aku hanya mencarimu, di balik setiap kata, lalu mencari lagi ke angka-angka di dinding yang membuatku terus menghela nafas. Rasanya keterlaluan jika aku meminta lagi kamu kembali sesegera mungkin sebelum angka itu meloncat jauh.
Aku hanya mencarimu, di balik setiap kata, lalu mencari lagi ke angka-angka di dinding yang membuatku terus menghela nafas. Rasanya keterlaluan jika aku meminta lagi kamu kembali sesegera mungkin sebelum angka itu meloncat jauh.