Jumat, 17 Juni 2011

Tanpa Judul

Kamis, 16 Juni 2011

Siang ini aku pulang dengan langkah gontai. Entah bagaimana orang lain menilai jika melihat raut mukaku. Kacau.
Hujan gerimis setengah deras. Aku biarkan saja tetesan air hujan, sengaja pelan kaki berjalan, biar air hujan ini membasahi tubuh yang banyak dosa ini ya Rabb, biar ia membersihkan dosa-dosa, biar ia menyejukkan hati yang tiba-tiba menjadi gersang dan penuh pertanyaan. Iya, pertanyaan yang belum jua bisa dijawab. Entah jawaban itu ada atau tidak atau tetap selamanya akan menjadi sebuah pertanyaan.

Yang jelas, sekarang aku rasakan, aku iri. Iri pada mereka yang subhanallah bisa mempertahankan prinsipnya. Bisa memperjuangkan kemauannya. Yang tidak pernah aku dapatkan. Ah, hari ini aku banyak tertohok dan berkaca.

Memang semua kejadian begitu beruntun, yang jika aku urutkan maka ia menjadi sebuah pembelajaran.

Sedari malam tadi, sulit sekali untuk memejamkan mata. Padahal aku begitu lelah, ingin sekali menurutkan hak mata ini untuk rehat. Tapi hati ku tak bisa tenang. Pertanyaan itu selalu menggangguku. Hingga siang ini, aku dibenturkan pada sebuah kenyataan, yang sekali lagi membuatku iri, malu, sedih. Ah, apalah arti diriku dibandingkan mereka. Dan akhirnya pertanyaan itu semakin membuncah, aku sendiri tidak tahu, butuh jawaban atau tidak. Apakah akan lebih pahit jika aku tahu jawabannya?

Aku malu karena ada di luar sana, mereka yang luar biasa dengan ketawadhuannya, begitu terjaga keikhlasannya, tanpa embel-embel apapun. Ah, betapa aku iri sekaligus malu. Setiap kata-katanya, adakah itu jawaban atas pertanyaanku?

Bukan karena kecewa aku terdiam.
Tapi karena pertanyaan yang belum jua bisa aku dapat jawabannya.

Ya, aku adalah seperti itu. Dari awal aku katakan, aku tidak mau diandalkan. Karena memang tak pantas untuk diandalkan. Akan lebih nyaman ketika bergerak, akan lebih terjaga niat ini ketika jauh dari rasa punya hak dan wewenang.
Begitu indahnya ketika mereka bekerja karena keinginannya untuk disana. Sepenuh hati menyemai untuk menuai hasilnya kelak. Mereka dengan lantang mengatakan ‘apa lagi yang bisa aku kerjakan?’

Aku iri.
Akankah lebih baik ketika kerja tidak terlihat, biar Allah dan RasulNya yang tahu?
Bekerja karena hati yang menuntun bukan karena perintah ataupun hak dan wewenang tadi?
Aku yakin, pemahaman mereka baik, mungkin jauh lebih baik. Memang ada satu dan lain hal yang memang harus kita pertahankan untuk hak pribadi kita.

Tapi setidaknya hari ini ada yang membuat aku bersyukur karena aku tidak memperlakukan mereka seperti waktu itu aku diperlakukan. Karena tugasku adalah mendengarkan, bukan memaksa.
Yang aku sesali, mengapa aku tidak mendapatkan kesempatan untuk berbicara saat itu, yang ada hanya kata ‘harus’.

Sekali lagi, aku masih bertanya.
Mengapa aku ada disini? Kalau kau bilang karena Allah yang memilih, ah, itu jawaban klasik, karena kau tak punya jawaban bukan?
Aku bertanya bukan karena aku mengingkari keputusan atau ingin menjadi orang munafik. Setidaknya ada ruang-ruang kosong di hatiku yang aku takut terisi dengan jawaban yang salah ketika aku tak mendapatkan jawaban yang sebenarnya.

Entahlah, saat ini aku dibilang butuh apa? Terkadang katanya perempuan tak butuh solusi. Hanya butuh didengarkan dan penguatan. Kalau memang jawabannya kau tak punya jawaban, maka kuatkanlah.

Rabu, 08 Juni 2011

Keajaiban Itu Tipis Sekali (part 2)

Teman, tulisan ini mungkin terdengar seperti catatan harian..Tapi tujuan lain saya menulis ini adalah untuk berbagi makna, untuk belajar dari setiap peristiwa di sekeliling kita. Silahkan ambil hikmahnya yang dianggap baik, dan tinggalkan hal-hal yang dirasa tak baik untuk dijadikan pelajaran.

Hari penentuan pun tiba..
Sedari kemarin aku sudah tak peduli dengan seminar (he..), jadi aku memilih untuk menghabiskan waktu di kampus saja, mondar mandir, nemenin teman syuro, mondar mandir lagi, untuk menghilangkan cemas.
Padahal, schedule awalku adalah ke ruang baca, persiapkan presentasi, baca lagi literatur, dan lain lain... Yaa, lupakan saja hal itu, pikirku.

Menjelang malam, akhirnya aku sentuh juga laptopku. Aku print powerpoint dan makalah..Ya,ternyata aku masih punya harapan. Latihan presentasi dulu..Yuk...
Handphoneku berdering...
Dosenku! Semoga good news..
Kesimpulannya, ibu tidak bisa datang besok, 'tapi'....
Laptop langsung kumatikan, kubereskan semua print-an ku. Ok, it's the answer..

Teman, dalam kalimatku sebelumnya ada kata 'tapi', yang nanti kujelaskan.
Pagi pun tiba..
Aku bersiap menuju kampus tercinta, dengan pakaian rapi, seperti layaknya mahasiswa yang mau seminar (he..).
Handphoneku berdering lagi. Sahabatku.
Ternyata dia mengetahui problem ku. Lama ditelpon, ia menguatkanku, menasihati, marahin juga sih (jangan cengeng donk res, he...,tau aje). Ya, beliau memang sangat tahu karakterku, saat terbentur masalah atau kondisi stres maka hal yang pertama akan kulakukan adalah menangis (hoho). Sulit memang menghilangkan kebiasaan jelek satu ini..
"Sudah, jangan nangis lagi yo. Tunjukkan kalau kau kuat res. Masa' cuma gara2 ini nyerah sih?"
yap, betul. Jadi malu :p

langkahku tak ragu lagi menuju kampus pagi ini. Tak tanggung-tanggung, satu jam lebih awal aku datang. Layaknya seperti mahasiswa yang mau seminar. Padahal bukan itu, tujuanku adalah mendapat kepastian dari kata 'tapi' pembimbingku tadi malam.

Namun, setibanya di kampus. Salah seorang temanku yang akan maju seminar hari ini menangis di pundakku, butuh penguatan. Satu jam sebelum seminar pagi ini ia mendapat kabar bahwa kedua dosen pembimbingnya tidak dapat hadir seminar karena sedang sakit. Allahu Rabbi,,. Aku biarkan dia menangis dulu sepuasnya, karena aku pun demikian saat berada di posisinya kemarin. Setelah ia pun reda menangis,baru aku bisa menguatkannya dengan kata-kata yang kudapat dari orang-orang yang menguatkanku juga. Thanks my parents, my sister, my friends^^...

Dosen pengasuh mata kuliah seminar pun mengatakan...,"Resty ikut seminar usul bareng dengan seminar hasil tanggal 22 ini. Itu sudah diputuskan bersama oleh dosen kemarin. Oke."
Alhamduillah....
Keajaiban itu datang teman...Tipis sekali waktunya dari perkiraan kita..

Kemarin tanggal 8 adalah terakhir seminar usul, tapi hari ini masih bisa ikut dengan seminar hasil. Aku dan temanku yang batal seminar hari ini ikut dengan seminar hasil. Tidak masalah nilainya akan keluar semester ini atau semester depan, karena tujuanku bukan nilai, tapi juli penelitian.

Ya, mungkin saja hari ini bukan waktu yang tepat untukku. Mungkin aku diberi kesempatan untuk mempersiapkan semua lebih matang lagi. Mungkin aku diberi kesempatan lagi untuk menguasai proposal ini. Positive thinking ^.^

Doaku terjawab.
Banyak hikmah dari ini semua.
Allah mengajarkanku menyerahkan semua urusan padaNya setelah berusaha.
Allah ingin melihatku untuk lebih banyak meminta dan berharap padaNya.
Allah menunjukkanku cara bersyukur, Allah melatih diriku dengan sedikit cemas dan ketakutan.

Chayoo!
Hwaiting!
Ganbatte!
Hamasah!
Keep spirit!
Semangka!
Dan semangatku pun kembali bersinar ^^ Tak masalah menunggu dua minggu...
Selalu teringat pesan, optimis diiringi keikhlasan..
Yah, setidaknya 3 hari ini memberi kesempatan untuk banyak introspeksi,mungkin tawakalku yang kurang, mungkin usahaku belum optimal, mungkin ada hak2 saudaraku belum terpenuhi, mungkin ada janjiku yang terlupakan, mungkin, mungkin, dan masih banyak mungkin.
Ampuni aku ya Rabb, maafkan aku saudaraku...

"Kun" itu hanya hak patennya Allah..
Keajaiban itu tipis sekali, tapi bukan berarti tak ada. Coz life is miracle.
So, i'll be back!

Senin, 06 Juni 2011

Keajaiban Itu Tipis Sekali

Hari ini aku merasakan "kun" (jadilah)-nya itu memang kuasa Allah...
Sekeras apapun kita berusaha, seperfect apapun kita merencanakan, ujung-ujungnya adalah Allah. Eksekusi di tangan sang Maha Menentukan.
Ya teman, ini ceritaku.
Apa yang kau rasa ketika semua telah siap? ikhtiar, doa, semangat sudah di tangan tapi sepersekian detik pun kenyataan menjadi tak sesuai harapan?
Akhir Desember 2010 lalu,aku begitu bahagia, optimis, seakan masa depan itu sudah di pelupuk mata, dekat sekali. Makalah proposal usulku di acc! Cukup dengan satu kali menghadap kepala prodi saat itu, alhamdulillah, karena teman-temanku ada yang sampai berulangkali mengganti proposalnya baru mendapat acc.
Cukup lama aku menghabiskan waktu dengan bimbingan proposal, 5 bulan. Hmm...Aku pun sudah meluapkan begitu saja mimpiku untuk mengejar si Septi (September). Banyak pertimbanganku memutuskan itu. Jadwal seminar prodiku memang padat, dengan seminar hasil kakak-kakak tingkat. Ya, selain itu, aku memang sudah memilih, memilih untuk tetap bertahan di kampus ini hingga Desember lah dengan pertimbangan lain-lain... Pokoknya, Desember (si desi) semua selesai.
Akhirnya aku putuskan maju seminar usul tanggal 1 Juni. Kedua pembimbing pun menyetujui. Senang. Aku punya banyak waktu untuk mengejar si Desi. Juli-Agus penelitian. Septi seminar hasil. Okti sidang...Oke...Si Desi pun wisuda ^^ (yuhuu,lengkap cuy)..Gak buru-buru, amanah jalan, akademik lancar...
Hari ini semua perencanaanku terancam!
Di antara harap dan putus asa..
Di antara pinta dan doa..
Antara mengiba dan merasa..

Makalah sudah dicetak 14 rangkap. Slide sudah dipersiapkan se-efektif dan semenarik mungkin. Literatur ok lah. Ok guys, aku siap menghadapi 1 Juni!

1 Juni 2011 adalah hari SNMPTN.
fiuhhh...harus diundur satu minggu lagi untuk mengejar mimpi.
8 Juni..
harus sukses dan sematang mungkin, biar perfect!
"Ibu tidak bisa hadir hari rabu Resty, karena ada kerjaan, harus keluar negeri," ujar pembimbing 2.
Oh...
"Iya bu, gak papa. Mohon doanya aja ya bu supaya saya lancar seminarnya.."
"Iya, semangat ya!"

Undangan ke all dosen sudah disebar..Tinggal menghubungi pembimbing 1 nih..
"Aduh, maaf sekali ya Resty..Anak saya sedang sakit..Gak bisa saya tinggalin. Kamu mundur aja minggu depan lagi seminarnya.."
Apa?
Hanya diam dan mengucapkan oh dan terima kasih.
Tak terasa gegap gempita hatiku luruh menjadi butiran-butiran yang mengalir deras, tak bisa tertahan, alamiah, begitu saja..

Sudah berusaha menghadap kepala prodi untuk mencari jalan keluar. Nihil.
Ikhtiar lagi, menghadap dosen pengasuh mata kuliah seminar usul ini, seorang ibu, ummahat. Aku ceritakan masalahnya. Ketika sang ibu pun berkata semua diluar kuasa beliau dengan penuh penyesalan, airmata ku pun tumpah ruah d hadapan sang ibu pula. Ibu pun ikut berkaca-kaca karena beliau tahu jika tidak rabu ini maka harus menunggu Septi. 3 bulan lagi! Beliau tahu, penelitianku harus dimulai Juli.
Jika tidak rabu ini, maka 3 bulan lagi
Jika tidak rabu ini, maka harus mengubah semua perangkat lagi
Jika tidak rabu ini, maka entah bisa mengejar si Desi?

Ya Allah...
Keajaiban itu rasanya tipis sekali..Antara ada dan tiada.

aku
asw...mf bu klw sms saya mengganggu..semoga anak ibu lekas diberikan kesembuhan oleh Allah yg tiada lagi penyakit setelahnya..amin...Bu, kemungkinan saya tdk bisa seminar semester ini, bulan september baru bisa maju usul..tapi undangan untuk dosen sudah terlanjur disebar. Tapi dak apa2 bu,semoga ini yg terbaik. Mohon doanya ya bu

ibu
ya. resti ibu benar2 minta maaf.krn diluar dugaan.biar saja disebar. sampai hari ini blm memungkinkan ibu ke indralaya.ndak tau rabu. jadi lihat nanti kalau memungkinkan ibu akan ke indralaya. tapi kalau tetap ndak bs, semester dpn tapi kita minta duluan. nanti ibu yg urus.sekali lagi ibu minta maaf

aku
iya bu, dak apa2..yg penting anak ibu cpt sembuh ya bu...sekeras apapun saya memaksakan,tp namanya juga ibu sedang dalam kesulitan...Semoga kita dikasih jalan keluar yg terbaik ya bu...dan saya masih berharap ibu bisa hadir hari rabu (amin) makasih bu :)

ibu
ya resti..makasih banyak doanya dan pengertiannya. ibu jg berharap sama seperti kamu..oke :)

Plong!
Sedih, lega, cemas, harap, optimis, kelapangan jiwa, semua bercampur aduk jadi satu, tangis... Yaa, rightnow, aku cuma bisa menangis ya Rabbi..
Anak ibu sembuh, atau tidak rabu ini..
Tanggal 8 atau 3 bulan lagi..
Semangat mengejar desi atau pasrah entah sampai kapan..
karena jika tidak desi, aku tak punya semangat lagi mengejar yang lain..
Ibu akan datang atau aku yang pulang rabu ini...

Ya Rabb,,di antara harap dan cemas aku meminta.
Sesungguhnya tak ada sesuatu pun terjadi atas kehendakMU..
Ajari aku sabar, ajari aku ikhlas, ajari aku meletakkan dunia di tanganku bukan di hatiku, ajari aku, ajari aku, ajari aku, dan ajari mereka yang ada d sekelilingku...
Kita lihat rabu ini..
Apa keajaiban itu akan datang?
Jika iya, jadikan aku makhluk yang pandai bersyukur ya Rabb..
Jika tidak, jadikan hatiku seluas samudera, selapang sahara,,,hingga tak kurasa sebentuk kecewa dan putus asa di sudut bagian bernama hati..

Hufffh..
Keajaiban itu tipis sekali..
"Kun" itu memang kuasaNya Allah saja..

Jumat, 17 Juni 2011

Tanpa Judul

Kamis, 16 Juni 2011

Siang ini aku pulang dengan langkah gontai. Entah bagaimana orang lain menilai jika melihat raut mukaku. Kacau.
Hujan gerimis setengah deras. Aku biarkan saja tetesan air hujan, sengaja pelan kaki berjalan, biar air hujan ini membasahi tubuh yang banyak dosa ini ya Rabb, biar ia membersihkan dosa-dosa, biar ia menyejukkan hati yang tiba-tiba menjadi gersang dan penuh pertanyaan. Iya, pertanyaan yang belum jua bisa dijawab. Entah jawaban itu ada atau tidak atau tetap selamanya akan menjadi sebuah pertanyaan.

Yang jelas, sekarang aku rasakan, aku iri. Iri pada mereka yang subhanallah bisa mempertahankan prinsipnya. Bisa memperjuangkan kemauannya. Yang tidak pernah aku dapatkan. Ah, hari ini aku banyak tertohok dan berkaca.

Memang semua kejadian begitu beruntun, yang jika aku urutkan maka ia menjadi sebuah pembelajaran.

Sedari malam tadi, sulit sekali untuk memejamkan mata. Padahal aku begitu lelah, ingin sekali menurutkan hak mata ini untuk rehat. Tapi hati ku tak bisa tenang. Pertanyaan itu selalu menggangguku. Hingga siang ini, aku dibenturkan pada sebuah kenyataan, yang sekali lagi membuatku iri, malu, sedih. Ah, apalah arti diriku dibandingkan mereka. Dan akhirnya pertanyaan itu semakin membuncah, aku sendiri tidak tahu, butuh jawaban atau tidak. Apakah akan lebih pahit jika aku tahu jawabannya?

Aku malu karena ada di luar sana, mereka yang luar biasa dengan ketawadhuannya, begitu terjaga keikhlasannya, tanpa embel-embel apapun. Ah, betapa aku iri sekaligus malu. Setiap kata-katanya, adakah itu jawaban atas pertanyaanku?

Bukan karena kecewa aku terdiam.
Tapi karena pertanyaan yang belum jua bisa aku dapat jawabannya.

Ya, aku adalah seperti itu. Dari awal aku katakan, aku tidak mau diandalkan. Karena memang tak pantas untuk diandalkan. Akan lebih nyaman ketika bergerak, akan lebih terjaga niat ini ketika jauh dari rasa punya hak dan wewenang.
Begitu indahnya ketika mereka bekerja karena keinginannya untuk disana. Sepenuh hati menyemai untuk menuai hasilnya kelak. Mereka dengan lantang mengatakan ‘apa lagi yang bisa aku kerjakan?’

Aku iri.
Akankah lebih baik ketika kerja tidak terlihat, biar Allah dan RasulNya yang tahu?
Bekerja karena hati yang menuntun bukan karena perintah ataupun hak dan wewenang tadi?
Aku yakin, pemahaman mereka baik, mungkin jauh lebih baik. Memang ada satu dan lain hal yang memang harus kita pertahankan untuk hak pribadi kita.

Tapi setidaknya hari ini ada yang membuat aku bersyukur karena aku tidak memperlakukan mereka seperti waktu itu aku diperlakukan. Karena tugasku adalah mendengarkan, bukan memaksa.
Yang aku sesali, mengapa aku tidak mendapatkan kesempatan untuk berbicara saat itu, yang ada hanya kata ‘harus’.

Sekali lagi, aku masih bertanya.
Mengapa aku ada disini? Kalau kau bilang karena Allah yang memilih, ah, itu jawaban klasik, karena kau tak punya jawaban bukan?
Aku bertanya bukan karena aku mengingkari keputusan atau ingin menjadi orang munafik. Setidaknya ada ruang-ruang kosong di hatiku yang aku takut terisi dengan jawaban yang salah ketika aku tak mendapatkan jawaban yang sebenarnya.

Entahlah, saat ini aku dibilang butuh apa? Terkadang katanya perempuan tak butuh solusi. Hanya butuh didengarkan dan penguatan. Kalau memang jawabannya kau tak punya jawaban, maka kuatkanlah.

Rabu, 08 Juni 2011

Keajaiban Itu Tipis Sekali (part 2)

Teman, tulisan ini mungkin terdengar seperti catatan harian..Tapi tujuan lain saya menulis ini adalah untuk berbagi makna, untuk belajar dari setiap peristiwa di sekeliling kita. Silahkan ambil hikmahnya yang dianggap baik, dan tinggalkan hal-hal yang dirasa tak baik untuk dijadikan pelajaran.

Hari penentuan pun tiba..
Sedari kemarin aku sudah tak peduli dengan seminar (he..), jadi aku memilih untuk menghabiskan waktu di kampus saja, mondar mandir, nemenin teman syuro, mondar mandir lagi, untuk menghilangkan cemas.
Padahal, schedule awalku adalah ke ruang baca, persiapkan presentasi, baca lagi literatur, dan lain lain... Yaa, lupakan saja hal itu, pikirku.

Menjelang malam, akhirnya aku sentuh juga laptopku. Aku print powerpoint dan makalah..Ya,ternyata aku masih punya harapan. Latihan presentasi dulu..Yuk...
Handphoneku berdering...
Dosenku! Semoga good news..
Kesimpulannya, ibu tidak bisa datang besok, 'tapi'....
Laptop langsung kumatikan, kubereskan semua print-an ku. Ok, it's the answer..

Teman, dalam kalimatku sebelumnya ada kata 'tapi', yang nanti kujelaskan.
Pagi pun tiba..
Aku bersiap menuju kampus tercinta, dengan pakaian rapi, seperti layaknya mahasiswa yang mau seminar (he..).
Handphoneku berdering lagi. Sahabatku.
Ternyata dia mengetahui problem ku. Lama ditelpon, ia menguatkanku, menasihati, marahin juga sih (jangan cengeng donk res, he...,tau aje). Ya, beliau memang sangat tahu karakterku, saat terbentur masalah atau kondisi stres maka hal yang pertama akan kulakukan adalah menangis (hoho). Sulit memang menghilangkan kebiasaan jelek satu ini..
"Sudah, jangan nangis lagi yo. Tunjukkan kalau kau kuat res. Masa' cuma gara2 ini nyerah sih?"
yap, betul. Jadi malu :p

langkahku tak ragu lagi menuju kampus pagi ini. Tak tanggung-tanggung, satu jam lebih awal aku datang. Layaknya seperti mahasiswa yang mau seminar. Padahal bukan itu, tujuanku adalah mendapat kepastian dari kata 'tapi' pembimbingku tadi malam.

Namun, setibanya di kampus. Salah seorang temanku yang akan maju seminar hari ini menangis di pundakku, butuh penguatan. Satu jam sebelum seminar pagi ini ia mendapat kabar bahwa kedua dosen pembimbingnya tidak dapat hadir seminar karena sedang sakit. Allahu Rabbi,,. Aku biarkan dia menangis dulu sepuasnya, karena aku pun demikian saat berada di posisinya kemarin. Setelah ia pun reda menangis,baru aku bisa menguatkannya dengan kata-kata yang kudapat dari orang-orang yang menguatkanku juga. Thanks my parents, my sister, my friends^^...

Dosen pengasuh mata kuliah seminar pun mengatakan...,"Resty ikut seminar usul bareng dengan seminar hasil tanggal 22 ini. Itu sudah diputuskan bersama oleh dosen kemarin. Oke."
Alhamduillah....
Keajaiban itu datang teman...Tipis sekali waktunya dari perkiraan kita..

Kemarin tanggal 8 adalah terakhir seminar usul, tapi hari ini masih bisa ikut dengan seminar hasil. Aku dan temanku yang batal seminar hari ini ikut dengan seminar hasil. Tidak masalah nilainya akan keluar semester ini atau semester depan, karena tujuanku bukan nilai, tapi juli penelitian.

Ya, mungkin saja hari ini bukan waktu yang tepat untukku. Mungkin aku diberi kesempatan untuk mempersiapkan semua lebih matang lagi. Mungkin aku diberi kesempatan lagi untuk menguasai proposal ini. Positive thinking ^.^

Doaku terjawab.
Banyak hikmah dari ini semua.
Allah mengajarkanku menyerahkan semua urusan padaNya setelah berusaha.
Allah ingin melihatku untuk lebih banyak meminta dan berharap padaNya.
Allah menunjukkanku cara bersyukur, Allah melatih diriku dengan sedikit cemas dan ketakutan.

Chayoo!
Hwaiting!
Ganbatte!
Hamasah!
Keep spirit!
Semangka!
Dan semangatku pun kembali bersinar ^^ Tak masalah menunggu dua minggu...
Selalu teringat pesan, optimis diiringi keikhlasan..
Yah, setidaknya 3 hari ini memberi kesempatan untuk banyak introspeksi,mungkin tawakalku yang kurang, mungkin usahaku belum optimal, mungkin ada hak2 saudaraku belum terpenuhi, mungkin ada janjiku yang terlupakan, mungkin, mungkin, dan masih banyak mungkin.
Ampuni aku ya Rabb, maafkan aku saudaraku...

"Kun" itu hanya hak patennya Allah..
Keajaiban itu tipis sekali, tapi bukan berarti tak ada. Coz life is miracle.
So, i'll be back!

Senin, 06 Juni 2011

Keajaiban Itu Tipis Sekali

Hari ini aku merasakan "kun" (jadilah)-nya itu memang kuasa Allah...
Sekeras apapun kita berusaha, seperfect apapun kita merencanakan, ujung-ujungnya adalah Allah. Eksekusi di tangan sang Maha Menentukan.
Ya teman, ini ceritaku.
Apa yang kau rasa ketika semua telah siap? ikhtiar, doa, semangat sudah di tangan tapi sepersekian detik pun kenyataan menjadi tak sesuai harapan?
Akhir Desember 2010 lalu,aku begitu bahagia, optimis, seakan masa depan itu sudah di pelupuk mata, dekat sekali. Makalah proposal usulku di acc! Cukup dengan satu kali menghadap kepala prodi saat itu, alhamdulillah, karena teman-temanku ada yang sampai berulangkali mengganti proposalnya baru mendapat acc.
Cukup lama aku menghabiskan waktu dengan bimbingan proposal, 5 bulan. Hmm...Aku pun sudah meluapkan begitu saja mimpiku untuk mengejar si Septi (September). Banyak pertimbanganku memutuskan itu. Jadwal seminar prodiku memang padat, dengan seminar hasil kakak-kakak tingkat. Ya, selain itu, aku memang sudah memilih, memilih untuk tetap bertahan di kampus ini hingga Desember lah dengan pertimbangan lain-lain... Pokoknya, Desember (si desi) semua selesai.
Akhirnya aku putuskan maju seminar usul tanggal 1 Juni. Kedua pembimbing pun menyetujui. Senang. Aku punya banyak waktu untuk mengejar si Desi. Juli-Agus penelitian. Septi seminar hasil. Okti sidang...Oke...Si Desi pun wisuda ^^ (yuhuu,lengkap cuy)..Gak buru-buru, amanah jalan, akademik lancar...
Hari ini semua perencanaanku terancam!
Di antara harap dan putus asa..
Di antara pinta dan doa..
Antara mengiba dan merasa..

Makalah sudah dicetak 14 rangkap. Slide sudah dipersiapkan se-efektif dan semenarik mungkin. Literatur ok lah. Ok guys, aku siap menghadapi 1 Juni!

1 Juni 2011 adalah hari SNMPTN.
fiuhhh...harus diundur satu minggu lagi untuk mengejar mimpi.
8 Juni..
harus sukses dan sematang mungkin, biar perfect!
"Ibu tidak bisa hadir hari rabu Resty, karena ada kerjaan, harus keluar negeri," ujar pembimbing 2.
Oh...
"Iya bu, gak papa. Mohon doanya aja ya bu supaya saya lancar seminarnya.."
"Iya, semangat ya!"

Undangan ke all dosen sudah disebar..Tinggal menghubungi pembimbing 1 nih..
"Aduh, maaf sekali ya Resty..Anak saya sedang sakit..Gak bisa saya tinggalin. Kamu mundur aja minggu depan lagi seminarnya.."
Apa?
Hanya diam dan mengucapkan oh dan terima kasih.
Tak terasa gegap gempita hatiku luruh menjadi butiran-butiran yang mengalir deras, tak bisa tertahan, alamiah, begitu saja..

Sudah berusaha menghadap kepala prodi untuk mencari jalan keluar. Nihil.
Ikhtiar lagi, menghadap dosen pengasuh mata kuliah seminar usul ini, seorang ibu, ummahat. Aku ceritakan masalahnya. Ketika sang ibu pun berkata semua diluar kuasa beliau dengan penuh penyesalan, airmata ku pun tumpah ruah d hadapan sang ibu pula. Ibu pun ikut berkaca-kaca karena beliau tahu jika tidak rabu ini maka harus menunggu Septi. 3 bulan lagi! Beliau tahu, penelitianku harus dimulai Juli.
Jika tidak rabu ini, maka 3 bulan lagi
Jika tidak rabu ini, maka harus mengubah semua perangkat lagi
Jika tidak rabu ini, maka entah bisa mengejar si Desi?

Ya Allah...
Keajaiban itu rasanya tipis sekali..Antara ada dan tiada.

aku
asw...mf bu klw sms saya mengganggu..semoga anak ibu lekas diberikan kesembuhan oleh Allah yg tiada lagi penyakit setelahnya..amin...Bu, kemungkinan saya tdk bisa seminar semester ini, bulan september baru bisa maju usul..tapi undangan untuk dosen sudah terlanjur disebar. Tapi dak apa2 bu,semoga ini yg terbaik. Mohon doanya ya bu

ibu
ya. resti ibu benar2 minta maaf.krn diluar dugaan.biar saja disebar. sampai hari ini blm memungkinkan ibu ke indralaya.ndak tau rabu. jadi lihat nanti kalau memungkinkan ibu akan ke indralaya. tapi kalau tetap ndak bs, semester dpn tapi kita minta duluan. nanti ibu yg urus.sekali lagi ibu minta maaf

aku
iya bu, dak apa2..yg penting anak ibu cpt sembuh ya bu...sekeras apapun saya memaksakan,tp namanya juga ibu sedang dalam kesulitan...Semoga kita dikasih jalan keluar yg terbaik ya bu...dan saya masih berharap ibu bisa hadir hari rabu (amin) makasih bu :)

ibu
ya resti..makasih banyak doanya dan pengertiannya. ibu jg berharap sama seperti kamu..oke :)

Plong!
Sedih, lega, cemas, harap, optimis, kelapangan jiwa, semua bercampur aduk jadi satu, tangis... Yaa, rightnow, aku cuma bisa menangis ya Rabbi..
Anak ibu sembuh, atau tidak rabu ini..
Tanggal 8 atau 3 bulan lagi..
Semangat mengejar desi atau pasrah entah sampai kapan..
karena jika tidak desi, aku tak punya semangat lagi mengejar yang lain..
Ibu akan datang atau aku yang pulang rabu ini...

Ya Rabb,,di antara harap dan cemas aku meminta.
Sesungguhnya tak ada sesuatu pun terjadi atas kehendakMU..
Ajari aku sabar, ajari aku ikhlas, ajari aku meletakkan dunia di tanganku bukan di hatiku, ajari aku, ajari aku, ajari aku, dan ajari mereka yang ada d sekelilingku...
Kita lihat rabu ini..
Apa keajaiban itu akan datang?
Jika iya, jadikan aku makhluk yang pandai bersyukur ya Rabb..
Jika tidak, jadikan hatiku seluas samudera, selapang sahara,,,hingga tak kurasa sebentuk kecewa dan putus asa di sudut bagian bernama hati..

Hufffh..
Keajaiban itu tipis sekali..
"Kun" itu memang kuasaNya Allah saja..