Rabu, 06 April 2011

Nikah Itu (Gak) Mudah

Bismillahirrahmanirrahim…
Tulisan pertamaku tentang pernikahan (red:munakahat).
Butuh nyali yang besar untuk membuat catatan tentang suatu masalah yang saya sendiri belum punya pengalaman menjalaninya. Tapi, setidaknya saya ingin mencoba menuangkan opini yang ada di dalam kepala ini..Mudah-mudahan bermanfaat.

Mengapa saya menulis judulnya nikah itu (gak) mudah?
Karena mudah atau tidak itu adalah persepsi masing-masing, ya, antara mudah mudah sulit lah.
Saya pernah merasakan ingin sekali nikah muda, waktu SMA kelas 2, gara-gara khatam membaca buku NPSP nya Salim A Fillah. Sebuah keinginan sesaat, Cuma keinginan tanpa didasari ilmu.
Kini saya benar-benar menyadari, menikah itu bukan perkara yang gampang.
Seperti kata guru agama saya dulu, menikah itu indah dalam bayangan, sederhana dalam kenyataan. Menikah itu juga bukan selesai pada urusan yang indah saja, bagi para akhwat mungkin seringkali mengidamankan jika menikah maka akan ada yang melindungi, kalau sholat ada yang ngimamin (toeng!), atau kalau pergi kemana-mana ada yang nganterin..
Hufh, tidak selesai sampai urusan itu saja girls..

Saya terus teringat petuah ‘mbak’ saya. Nikah itu butuh ilmu. Jadi sibukkanlah diri kita dengan mencari ilmunya, bukan jodohnya ...Begitu banyak mereka yang mengatakan siap menikah, padahal belum memenuhi kriteria siap itu, dan banyak yang memutuskan untuk menikah tapi belum siap menjadi orang tua. Nah loh? Afwan, bukan maksud menjudge atau gimana, saya mau sharing aja sedikit.. Dan makin saya pelajari, ternyata memang ilmu saya masih jauh dari kesiapan untuk menikah. So, apa saja yang mesti disiapin?

1. Persiapan Moral dan Spiritual
Jika mau menikah, maka mantapkan niat. Itu artinya kita harus siap akan segala konsekuensinya. Kita harus siap untuk membuka diri kita untuk berinteraksi dengan orang baru dalam hidup kita. Akhwat harus siap dengan segala intervensi dari sang mitra hidup, yaitu sang suami. Kenapa saya katakan intervensi? Iya, karena suami adalah pemimpin dan istri harus taat pada setiap perintah suami (selagi masih dalam ketaatan pada Allah), siap untuk diatur pastinya. Sampai urusan berpakaian pun mungkin butuh pendapat sang suami. Yang dulu ketaatan seorang anak perempuan adalah pada kedua orang tuanya, maka setelah menikah, ketaatan seorang perempuan berpindah pada suaminya (udah siap gak girls?)

2. Persiapan Konsep atau Ilmu
Banyak ilmu yang baiknya dikuasai sebelum menikah. Menikah itu butuh visi yang jelas. Alangkah baiknya ketika kita memiliki konsep yang jelas keluarga seperti apa yang mau kita bangun. Siapkan ilmu bagaimana menjadi istri/suami yang baik, contoh: bagaimana sikap yang ahsan bagi seorang istri ketika menegur suami jika suami berbuat salah, atau bagaimana ilmunya mengurus dan mendidik anak (ini yang jauh lebih penting).

3. Persiapan Fisik
Yup, pastikan fisik kita dalam keadaan sehat, apalagi bagi akhwat nih. Ketika menikah maka bukan lagi hanya mengurus diri sendiri, tapi juga sang teman hidup dan rumah tangga. Jika punya penyakit ya buru-buru diobatin sebelum menikah, cek kesehatan itu perlu. Mulai jaga makanan kita dari sekarang, jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan berpengawet, dsb (anak kesehatan lebih tau).

4. Persiapan Materi (Maal)
Ternyata materi/maal/harta itu penting buat nikah. Hal ini gak bisa dipungkiri. Materi bukan hanya urusan calon suami, calon istri nih juga bisa menyiapkan harta. Kenapa? Kita harus siap dengan kondisi dimana tidak semua kebutuhan nanti bisa terpenuhi oleh suami. Disini peran sang istri. Uang tabungan yang sudah disiapkan dari jauh hari itu bisa dipakai.

5. Persiapan Sosial
Menikah bukan hanya menyatukan dua orang saja, tapi dua belah pihak keluarga. Harus ada kesiapan secara mental dan ilmu untuk mendekati keluarga kita dan keluarga pasangan kita. Mulailah untuk memperkenalkan keluarga kita masing-masing dengan islam, bagaimana pernikahan dalam islam, dsb. Jangan sampai ada adu argumen menjelang pernikahan, dimana orang tua biasanya memaksakan konsep resepsi yang gak islami sedangkan kita ingin yang seislami mungkin (waduh, repot ya?). Dan yang pasti, kita harus siap menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga baru yang mungkin berbeda adat dan kebiasaannya.

Itu poin-poin persiapan yang sebaiknya kita kuasai sebelum memutuskan memilih si dia menjadi teman hidup yang saya dapat, itu baru secuil ilmunya. Selanjutnya, adapun tanda-tanda seseorang sudah siap moral dan spiritual adalah ketika ia punya azzam yang bulat, sudah siap dengan resiko pernikahan, dan sudah dewasa dalam beribadah dan mengambil keputusan.
Apapun itu, sulit atau mudahnya ada di tangan kita. Tapi sekali lagi, mempersiapkan diri dengan mempelajari ilmunya adalah lebih baik daripada kita sibuk bertanya-tanya apalagi searching-searching siapakah si dia yang akan menjadi pendamping kita. Toh, jodoh itu sudah tertulis jauh sebelum kita dilahirkan di dunia ini.
Wallahualam bishowab.

Aku pun sedang belajar untuk mempersiapkan diri untuk seseorang yang kuyakin ia pun juga sedang sibuk menyiapkan dan memperbaiki dirinya.
Biarkan cinta itu tumbuh menjadi semangat untuk memperbaiki diri.
Walau tak tahu seperti apa dan siapa dia, tapi aku yakin akan janjiMu Allah
Entah dengan cara apa dan bagaimana, sebelum waktunya tiba, kuletakkan cintaku hanya padaMu Allah
Jagalah hatiku, jagalah hatinya, hingga kelak Kau pertemukan disaat yang tepat menurutMu
Amin ya Robbal Alamin

1 komentar:

  1. Lantas bagaimana cara agar kita sebagai seorang muslimah menyikapi itu semua? Terutama ketika keluarga menginginkan pesta pernikahan tetapi saya pribadi ingin nya yang sederhana saja

    BalasHapus

Rabu, 06 April 2011

Nikah Itu (Gak) Mudah

Bismillahirrahmanirrahim…
Tulisan pertamaku tentang pernikahan (red:munakahat).
Butuh nyali yang besar untuk membuat catatan tentang suatu masalah yang saya sendiri belum punya pengalaman menjalaninya. Tapi, setidaknya saya ingin mencoba menuangkan opini yang ada di dalam kepala ini..Mudah-mudahan bermanfaat.

Mengapa saya menulis judulnya nikah itu (gak) mudah?
Karena mudah atau tidak itu adalah persepsi masing-masing, ya, antara mudah mudah sulit lah.
Saya pernah merasakan ingin sekali nikah muda, waktu SMA kelas 2, gara-gara khatam membaca buku NPSP nya Salim A Fillah. Sebuah keinginan sesaat, Cuma keinginan tanpa didasari ilmu.
Kini saya benar-benar menyadari, menikah itu bukan perkara yang gampang.
Seperti kata guru agama saya dulu, menikah itu indah dalam bayangan, sederhana dalam kenyataan. Menikah itu juga bukan selesai pada urusan yang indah saja, bagi para akhwat mungkin seringkali mengidamankan jika menikah maka akan ada yang melindungi, kalau sholat ada yang ngimamin (toeng!), atau kalau pergi kemana-mana ada yang nganterin..
Hufh, tidak selesai sampai urusan itu saja girls..

Saya terus teringat petuah ‘mbak’ saya. Nikah itu butuh ilmu. Jadi sibukkanlah diri kita dengan mencari ilmunya, bukan jodohnya ...Begitu banyak mereka yang mengatakan siap menikah, padahal belum memenuhi kriteria siap itu, dan banyak yang memutuskan untuk menikah tapi belum siap menjadi orang tua. Nah loh? Afwan, bukan maksud menjudge atau gimana, saya mau sharing aja sedikit.. Dan makin saya pelajari, ternyata memang ilmu saya masih jauh dari kesiapan untuk menikah. So, apa saja yang mesti disiapin?

1. Persiapan Moral dan Spiritual
Jika mau menikah, maka mantapkan niat. Itu artinya kita harus siap akan segala konsekuensinya. Kita harus siap untuk membuka diri kita untuk berinteraksi dengan orang baru dalam hidup kita. Akhwat harus siap dengan segala intervensi dari sang mitra hidup, yaitu sang suami. Kenapa saya katakan intervensi? Iya, karena suami adalah pemimpin dan istri harus taat pada setiap perintah suami (selagi masih dalam ketaatan pada Allah), siap untuk diatur pastinya. Sampai urusan berpakaian pun mungkin butuh pendapat sang suami. Yang dulu ketaatan seorang anak perempuan adalah pada kedua orang tuanya, maka setelah menikah, ketaatan seorang perempuan berpindah pada suaminya (udah siap gak girls?)

2. Persiapan Konsep atau Ilmu
Banyak ilmu yang baiknya dikuasai sebelum menikah. Menikah itu butuh visi yang jelas. Alangkah baiknya ketika kita memiliki konsep yang jelas keluarga seperti apa yang mau kita bangun. Siapkan ilmu bagaimana menjadi istri/suami yang baik, contoh: bagaimana sikap yang ahsan bagi seorang istri ketika menegur suami jika suami berbuat salah, atau bagaimana ilmunya mengurus dan mendidik anak (ini yang jauh lebih penting).

3. Persiapan Fisik
Yup, pastikan fisik kita dalam keadaan sehat, apalagi bagi akhwat nih. Ketika menikah maka bukan lagi hanya mengurus diri sendiri, tapi juga sang teman hidup dan rumah tangga. Jika punya penyakit ya buru-buru diobatin sebelum menikah, cek kesehatan itu perlu. Mulai jaga makanan kita dari sekarang, jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan berpengawet, dsb (anak kesehatan lebih tau).

4. Persiapan Materi (Maal)
Ternyata materi/maal/harta itu penting buat nikah. Hal ini gak bisa dipungkiri. Materi bukan hanya urusan calon suami, calon istri nih juga bisa menyiapkan harta. Kenapa? Kita harus siap dengan kondisi dimana tidak semua kebutuhan nanti bisa terpenuhi oleh suami. Disini peran sang istri. Uang tabungan yang sudah disiapkan dari jauh hari itu bisa dipakai.

5. Persiapan Sosial
Menikah bukan hanya menyatukan dua orang saja, tapi dua belah pihak keluarga. Harus ada kesiapan secara mental dan ilmu untuk mendekati keluarga kita dan keluarga pasangan kita. Mulailah untuk memperkenalkan keluarga kita masing-masing dengan islam, bagaimana pernikahan dalam islam, dsb. Jangan sampai ada adu argumen menjelang pernikahan, dimana orang tua biasanya memaksakan konsep resepsi yang gak islami sedangkan kita ingin yang seislami mungkin (waduh, repot ya?). Dan yang pasti, kita harus siap menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga baru yang mungkin berbeda adat dan kebiasaannya.

Itu poin-poin persiapan yang sebaiknya kita kuasai sebelum memutuskan memilih si dia menjadi teman hidup yang saya dapat, itu baru secuil ilmunya. Selanjutnya, adapun tanda-tanda seseorang sudah siap moral dan spiritual adalah ketika ia punya azzam yang bulat, sudah siap dengan resiko pernikahan, dan sudah dewasa dalam beribadah dan mengambil keputusan.
Apapun itu, sulit atau mudahnya ada di tangan kita. Tapi sekali lagi, mempersiapkan diri dengan mempelajari ilmunya adalah lebih baik daripada kita sibuk bertanya-tanya apalagi searching-searching siapakah si dia yang akan menjadi pendamping kita. Toh, jodoh itu sudah tertulis jauh sebelum kita dilahirkan di dunia ini.
Wallahualam bishowab.

Aku pun sedang belajar untuk mempersiapkan diri untuk seseorang yang kuyakin ia pun juga sedang sibuk menyiapkan dan memperbaiki dirinya.
Biarkan cinta itu tumbuh menjadi semangat untuk memperbaiki diri.
Walau tak tahu seperti apa dan siapa dia, tapi aku yakin akan janjiMu Allah
Entah dengan cara apa dan bagaimana, sebelum waktunya tiba, kuletakkan cintaku hanya padaMu Allah
Jagalah hatiku, jagalah hatinya, hingga kelak Kau pertemukan disaat yang tepat menurutMu
Amin ya Robbal Alamin

1 komentar:

  1. Lantas bagaimana cara agar kita sebagai seorang muslimah menyikapi itu semua? Terutama ketika keluarga menginginkan pesta pernikahan tetapi saya pribadi ingin nya yang sederhana saja

    BalasHapus