Duniaku saat ini berwarna-warni, seperti pelangi yang tak hilang walau cahaya sudah tak lagi bias.
Hari-hari yang memang melelahkan, rasanya tak berarti apa-apa setelah bertemu dengan bintang gemintang. Bintang gemintang? Yup, anak-anak itu. Mereka kusebut bintang!
-Flash back-
Aku tak pernah berpikir menjadi seorang guru waktu ku kecil. Ketika aku kini telah memilih jalan ini dalam fase pencarian jati diri, aku pun merasa menemukan ini duniaku! Really!
Anak-anak...selalu ada alasan yang membuatku bahagia ketika melihat tingkah polanya.
Bagaimana tidak aku tertawa melihat ulah mereka yang menggemaskan itu? Pikiran mereka yang sungguh polos. Pipi yang chubby (yang suka aku cubit sayang). Tingkah yang manja. Semuanya aku suka.
Penggalan kisahku tentang mereka :)
Hari itu aku ternyata masuk mengajar di kelas 3 dan 4 SD. Ya ampun, aku sok bisa banget mengelola kelas itu. Padahal pengalaman yang kupunya hanya mengajar anak-anak SMA. Jelas itu akan berbeda sekali. Duh restiiii...
Usai aku menuliskan soal-soal latihan di papan tulis, seorang anak perempuan yang lucu dengan tubuh gempalnya, rambut pendek yang dihiasi bandana membuat wajahnya makin imut mendekatiku.
Dengan muka bingung dan agak takut-takut atau malu-malu (ntahlah, ekspresinya kurang jelas), "Miss, yang nomor duo itu cakmano miss yo?" dengan gaya bicara anak kecilnya.
"Nomor dua? Ya, kenapa sayang?" aku baca soalnya: Sebutkan cara-cara untuk melestarikan sumber daya alam! lalu aku tatap wajahnya," Bingungnya dimana?"
"Berapo ikok miss jawabannyo?" dengan mata kesana kemari..Uhh,,gemes banget liatnya.
Aku tersenyum. "Kalau pertanyaannyo itu sebutkan cara-cara. Cara-cara itu menunjukkan lebih dari satu nak. Jadi jawabnyo harus lebih dari satu".
"Oh, cak itu miss yo? Harusnyo ado berapo miss jawabannyo?" dia masih belum puas dengan penjelasanku.
"Kalo yang miss jelaskan tadi ado berapo coba?" tanyaku mengajaknya mengingat lagi.
"Ado limo miss" jawabnya antusias. Aku tersenyum (lagi).
"Yo, tulis limo." jawabku sambil menepuk pipinya yang chubby itu.