Jumat, 14 Oktober 2011

tattittudMILADtattittud

...tengtengtungtungtangtung..
...tulilalililutlilalilut..
tentu saja itu bukan suara perutku walau memang sedang lapar :p
juga bukan suara si mamang es tongtong yang tengah berkeliling menjajakan esnya pada anak-anak lugu yang suka sekali jajan sembarangan *ups, bukan maksud saya mengucilkan mamang es tongtong.
-halah,kok jadi cerita es tongtong ya,,stoppp-
maaf kelamaan membuatmu penasaran itu suara apa? Itu salah satu hobi saya, membuat orang lain berkecamuk dengan rasa penasaran,haha.
Apa? Baiklah, akan kutakan sekarang. Itu.....suara....si coki. What? Kau tidak kenal dengan coki? Ah,payah..
Itu loh, si coki itu nama kesayangan hape ku. Kenalan dulu geh..-kumat lagi-
Sial. Eh, salah, alhamdulillah ya Allah....Sms sedari tadi terus mendarat ke coki. Sampai-sampai saya sedikit kewalahan menghapus sms2 lain yang tak penting dan yang sudah lama mangkir di inbox saya. Maklumlah, coki memang hape sederhana yang memori nya kecil. Sekalian deh minta maaf sama rekan-rekan yang mungkin kelamaan ya nunggu balesan sms dari saya, ya (sekali lagi) maklumlah, memorinya suka kepenuhan, jadi sms masuk sering terlambat.
Oke, lupakan sejenak si coki.
Hari ini, di saat setiap detik yang berjalan, menggulung kemudian menghempas. Jika orang lain harus menghabiskan hari seperti ini dengan ruah meriah pesta fora, atau dengan berkumpul dengan teman-teman sebaya untuk berfoya. Maka bagi saya itu ter-la-lu!
Aha, karena saya bukan seperti itu, lebih tepatnya karena saya tak punya uang kale -ngaku aja deh-
Gak! Beneran deh. Hari ini saya sudah merasa cukup bahagia di tengah ketakutan saya, rasa khawatir begitu besar bagai monster waktu yang siap berubah menjadi raksasa dan melilit leher saya (korban film power ranger). Okok, sekarang serius.
Detik ini, ketika surya menarik diri mundur perlahan dengan anggunnya ke peraduannya. Cantik. Rona semburatnya mewarnai cakrawala langit yang gagah menantang malam. Saya memilih menikmati tiap langkah mesin waktu pengubah zaman dengan memaknai sendiri. Dalam ruangan yang tak lebar. Karena sejatinya sang waktu membisikkan tempat yang lebih sempit dari ini sebagai tempat terakhir persinggahanku kelak. Tempat berakhirnya sandiwara kehidupan, karena saya tak lebih memainkan peran dalam skenario hidup dariNya.Merenung, telisik ke dalam sedalam2nya, tak mampu ditembus kasat mata. Lebih mikroskopik dari sel-sel hidup yang kini berdesir kencang di dalam tubuh saya. Hanya tiga kata yang bisa mewakili penelisikan mata batin saya: sedih, bahagia, terima kasih.

-Si sedih- Setiap orang yang mengatasnamakan hamba di hamparan bumiNya pasti pernah bersedih. Maka kini saya katakan dengan lantang, saya sedih! Belumlah banyak yang saya perbuat dalam menggerakkan tangan malaikat Raqib. Tapi kontrak saya yang sudah tertulis di Lauh Mahfuz terus menghantui. Allahu, entah dengan apa saya gambarkan rasa takut dan cemas yang melanda padang hati yang kian menyudut sepi.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Q.S Al-Baqarah:155)
-Si bahagia- Seperti perpaduan yang menghasilkan ritmik yang indah, doa-doa yang mengalir deras untuk saya hari ini. Mulut saya tak berhenti melantunkan amin amin amin. Berharap tangan malaikat memeluk doa-doa itu, dan membawanya ke langit ketujuh sampai penghuni langit dan rajanya pun mengaminkan. Sungguh, kekhawatiran dan kebahagiaan itu sedang menggantung di langit, lalu bertarung hingga dentuman atmosfernya mengembun di hatiku, menjadikannya menganaksungai di mata. Saya bahagia karena saya menyadari betapa beruntungnya hidup saya, maka nikmat Tuhanku yang mana yang bisa aku dustakan? Begitu haru jika kudalami satu per satu kata yang mereka panjatkan. Ah, hari ini saya memang memilih untuk menjadi seorang melankolis, yang mengamati secara lebih sesuatu yang mungkin kau anggap biasa.
-Si terima kasih- Maka saya sampaikan terima kasih Tuhanku. Atas segala nikmat yang seujung jari yang lupa saya syukuri hingga nikmat seluas angkasa yang lupa juga saya syukuri. Saudara-saudari yang begitu menyayangi saya. Bangganya saya memiliki mereka. Yang dengan lantang saya katakan, mereka pasti mendoakan saya! Saya tahu itu. Kedua orang tua saya, yang tak henti mengirimkan doa2 panjang untuk saya. Saya begitu beruntung. Beruntung. Saya mencintai mereka semua. Seandainya saya diperbolehkan menarik awan di atas sana, saya ingin mengambil yang paling besar. Saya tuliskan nama-nama mereka yang saya cintai disana. Saya katakan juga, saya bangga mencintai dan dicintai kalian. Huks huks..

..tattittattittut..
ups, kali ini benar suara perut saya (*misi dulu ya saya mau makan dulu)

-Terima kasih untuk hari ini...Saya sadar begitu banyak cinta di hidup saya ^^-
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (Q.S.Maryam:33)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 14 Oktober 2011

tattittudMILADtattittud

...tengtengtungtungtangtung..
...tulilalililutlilalilut..
tentu saja itu bukan suara perutku walau memang sedang lapar :p
juga bukan suara si mamang es tongtong yang tengah berkeliling menjajakan esnya pada anak-anak lugu yang suka sekali jajan sembarangan *ups, bukan maksud saya mengucilkan mamang es tongtong.
-halah,kok jadi cerita es tongtong ya,,stoppp-
maaf kelamaan membuatmu penasaran itu suara apa? Itu salah satu hobi saya, membuat orang lain berkecamuk dengan rasa penasaran,haha.
Apa? Baiklah, akan kutakan sekarang. Itu.....suara....si coki. What? Kau tidak kenal dengan coki? Ah,payah..
Itu loh, si coki itu nama kesayangan hape ku. Kenalan dulu geh..-kumat lagi-
Sial. Eh, salah, alhamdulillah ya Allah....Sms sedari tadi terus mendarat ke coki. Sampai-sampai saya sedikit kewalahan menghapus sms2 lain yang tak penting dan yang sudah lama mangkir di inbox saya. Maklumlah, coki memang hape sederhana yang memori nya kecil. Sekalian deh minta maaf sama rekan-rekan yang mungkin kelamaan ya nunggu balesan sms dari saya, ya (sekali lagi) maklumlah, memorinya suka kepenuhan, jadi sms masuk sering terlambat.
Oke, lupakan sejenak si coki.
Hari ini, di saat setiap detik yang berjalan, menggulung kemudian menghempas. Jika orang lain harus menghabiskan hari seperti ini dengan ruah meriah pesta fora, atau dengan berkumpul dengan teman-teman sebaya untuk berfoya. Maka bagi saya itu ter-la-lu!
Aha, karena saya bukan seperti itu, lebih tepatnya karena saya tak punya uang kale -ngaku aja deh-
Gak! Beneran deh. Hari ini saya sudah merasa cukup bahagia di tengah ketakutan saya, rasa khawatir begitu besar bagai monster waktu yang siap berubah menjadi raksasa dan melilit leher saya (korban film power ranger). Okok, sekarang serius.
Detik ini, ketika surya menarik diri mundur perlahan dengan anggunnya ke peraduannya. Cantik. Rona semburatnya mewarnai cakrawala langit yang gagah menantang malam. Saya memilih menikmati tiap langkah mesin waktu pengubah zaman dengan memaknai sendiri. Dalam ruangan yang tak lebar. Karena sejatinya sang waktu membisikkan tempat yang lebih sempit dari ini sebagai tempat terakhir persinggahanku kelak. Tempat berakhirnya sandiwara kehidupan, karena saya tak lebih memainkan peran dalam skenario hidup dariNya.Merenung, telisik ke dalam sedalam2nya, tak mampu ditembus kasat mata. Lebih mikroskopik dari sel-sel hidup yang kini berdesir kencang di dalam tubuh saya. Hanya tiga kata yang bisa mewakili penelisikan mata batin saya: sedih, bahagia, terima kasih.

-Si sedih- Setiap orang yang mengatasnamakan hamba di hamparan bumiNya pasti pernah bersedih. Maka kini saya katakan dengan lantang, saya sedih! Belumlah banyak yang saya perbuat dalam menggerakkan tangan malaikat Raqib. Tapi kontrak saya yang sudah tertulis di Lauh Mahfuz terus menghantui. Allahu, entah dengan apa saya gambarkan rasa takut dan cemas yang melanda padang hati yang kian menyudut sepi.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Q.S Al-Baqarah:155)
-Si bahagia- Seperti perpaduan yang menghasilkan ritmik yang indah, doa-doa yang mengalir deras untuk saya hari ini. Mulut saya tak berhenti melantunkan amin amin amin. Berharap tangan malaikat memeluk doa-doa itu, dan membawanya ke langit ketujuh sampai penghuni langit dan rajanya pun mengaminkan. Sungguh, kekhawatiran dan kebahagiaan itu sedang menggantung di langit, lalu bertarung hingga dentuman atmosfernya mengembun di hatiku, menjadikannya menganaksungai di mata. Saya bahagia karena saya menyadari betapa beruntungnya hidup saya, maka nikmat Tuhanku yang mana yang bisa aku dustakan? Begitu haru jika kudalami satu per satu kata yang mereka panjatkan. Ah, hari ini saya memang memilih untuk menjadi seorang melankolis, yang mengamati secara lebih sesuatu yang mungkin kau anggap biasa.
-Si terima kasih- Maka saya sampaikan terima kasih Tuhanku. Atas segala nikmat yang seujung jari yang lupa saya syukuri hingga nikmat seluas angkasa yang lupa juga saya syukuri. Saudara-saudari yang begitu menyayangi saya. Bangganya saya memiliki mereka. Yang dengan lantang saya katakan, mereka pasti mendoakan saya! Saya tahu itu. Kedua orang tua saya, yang tak henti mengirimkan doa2 panjang untuk saya. Saya begitu beruntung. Beruntung. Saya mencintai mereka semua. Seandainya saya diperbolehkan menarik awan di atas sana, saya ingin mengambil yang paling besar. Saya tuliskan nama-nama mereka yang saya cintai disana. Saya katakan juga, saya bangga mencintai dan dicintai kalian. Huks huks..

..tattittattittut..
ups, kali ini benar suara perut saya (*misi dulu ya saya mau makan dulu)

-Terima kasih untuk hari ini...Saya sadar begitu banyak cinta di hidup saya ^^-
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (Q.S.Maryam:33)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar