Selasa, 01 November 2011

saya bisa anarkis, camkan itu!

Saat-saat sendiri seperti ini bagi saya adalah waktu yang kaya rasa. Kenapa? Iya, kadang saya bisa menjadi sangat bosan dengan kesendirian, tapi kadang juga bisa menjadi saat-saat terindah saya dengan imajinasi dan mimpi, dan menjadi saat produktif untuk menghasilkan tulisan -yang masih belajar- ini.
Kali ini saya ingin bercerita tentang kenangan kelam saya di dalam bis. Mengapa kelam? Yang benar saja, saya hampir melakukan tindakan anarkis di dalam bis mahasiswa. Arrggh, bisakah kau bayangkan betapa saya harus memompa kesabaran dengan sekuat tenaga untuk menahan keinginan saya melempar seseorang di dalam bis itu keluar jalan -tentu saja ketika bis masih berjalan-.
Mengapa pikiran saya bisa se-anarkis itu? Tenang teman, sekali lagi saya katakan saya anak manis. Tentu ada hal yang mengganggu saya sehingga saya ingin seribu kali melempar bahkan menendang orang itu ke jalan.
Hari itu....Saya kurang ingat persis hari apa. Yang pasti hari sudah sore dan ditemani hujan rintik setengah deras. Lagi-lagi saya pulang dari kampus dengan bis sendirian. Saya mengambil tempat duduk yang nyaman dengan seorang cewek. Di sebelah saya, ada sepasang manusia -ntah berprikemanusiaan atau tidak- (hufh, maafkanlah saya, karena saya hampir mati kesal dibuatnya) duduk berdua, sepertinya mereka sepasang kekasih, itu loh muda mudi yang mendeklarasikan mereka 'berpacaran'.
Mulanya saya tidak begitu peduli dengan sepasang pacar itu (?). Ntahlah, saya mau menyebutnya dengan sepasang pacar saja. Di awal-awal perjalanan, mereka seperti orang berpacaran umumnya, senyam senyum ntah bercerita apa, tapi lama kelamaan mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan di tempat umum! Kesal! Tentu saja saya bisa melihat gerak gerik mereka, karena mereka persis di sebelah saya. Saya tidak habis pikir bagaimana tangan si cowok ingusan dan bau kencur, laos, kunyit, serai, tomat busuk itu 'ngelaba' kesana kemari (maaf) ke si cewek. Allahurobbi.
Saya sungguh tidak tahu teman harus bertindak seperti apa dan sejauh mana. Pertama, tentu saja saya langsung memalingkan muka saya. Dosa!!! Saya pikir kejadian itu hanya akan berlangsung sebentar dan mereka akan sadar ini bis (tempat umum). Saya kembali menghadap lurus ke depan. Tapi tidak dapat saya pungkiri, luas pandangan mata kita tetap membuat saya bisa melihat gerak-gerik mereka. Kejadian itu berulang lagi! Lagi, lagi, si cowok terus ngelaba, dan yang saya herankan si cewek diam saja, seolah membolehkan dengan senang hati hal itu terjadi. Tidakkk!!! Saya sudah melempar pandangan sinis ke mereka, awalnya direspon, kejadian itu berhenti. Tapi lima menit kemudian itu terulang dan terulang dan mereka tak peduli dengan pandangan sinis dan risih saya. Seandainya cewek itu adalah adik perempuan saya, pasti sudah saya gampar, dan dapat saya pastikan saya sudah melempar ke jalan si cowok itu, tentu dengan muka yang sudah babak belur hancurr!
Apa yang harus saya lakukan? Saya benar-benar dilanda kegalauan saat itu teman. Saya tidaklah seberani itu menggampar mereka. Ternyata saya tidak sehebat itu melarang perbuatan maksiat terang-terangan di depan mata saya dan mencegahnya langsung dengan tangan saya. Yang saya lakukan saat itu, hanya selemah-lemahnya iman, saya hanya beristighfar sepanjang perjalanan dengan mata berkaca-kaca dan memohon ampun kepada Allah.
Saya betul-betul sedih..Sedih sekali rasanya melihat fenomena itu. Ntahlah saya tidak mau memposisikan bagaimana si cowok, karena saya sungguh benci dengan laki-laki itu! Sumpah serapah mungkin sudah saya lontarkan di dalam hati. Tapi saya sedih, ketika memposisikan diri dalam diri si cewek. Ya Allah..semoga Kau ampuni mereka, tunjukkan padanya yang benar dan yang salah.
 Saudariku,,sahabat perempuanku, adik-adik perempuanku, ingatlah: kita terlalu berharga untuk diperlakukan sedemikian rendahnya. Bukankah Rasul kita telah mengangkat derajat kita setinggi-tingginya, dan berkata Dunia ini perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah. Subhanallah. Bukan emas permata yang indah, bukan pula berlian milyaran harganya yang indah, tapi kita, wanita yang mau berusaha memperbaiki diri dan menjaga izzahnya (red: kehormatannya). Prestasi kita sebagai wanita bukanlah dengan menggandeng laki-laki yang disebut sebagai pacar itu. Bukan. Atau ketika kita berhasil menarik perhatian kaum adam dengan keelokan tubuh kita, sama sekali bukan. Saya jadi teringat kata seorang artis, sebutlah XYZ, dia berkata bagian tubuh yang saya sukai adalah pundak dan paha saya, karena bagian itu sangat bagus menurut saya, jadi saya selalu memakai pakaian short dress yang menampakkan pundak dan paha saya. Ckckck. Begitukah cara kita mengapresiasi kelebihan yang kita miliki? Apakah dengan mengumbarnya ke masyarakat luas adalah bentuk rasa syukur kita dengan kelebihan itu? Jika kau jawab iya. Maka saya bersedia membongkar isi kepalamu dan menggantinya dengan otak yang lebih orisinil, bebas polusi dan pengaruh roh jahat (hoho, ngawur).
Saya kembali banyak bertanya dan heran jika masih ada di zaman 2011 ini, di abad ini, masih ada wanita yang berpikir primitif. Ya iyalah, saya katakan primitif. Berpakaian seala kadarnya itu seperti kurang bahan adalah primitif bukan? Alhamdulillah jika sudah berpakaian yang tertutup sempurna, itu menandakan kalau kau wanita kaya (heleh). Kembali ke cerita kelam di bis tadi, saya terus merasa bersalah dan malu atas fenomena itu teman. Lah, mereka yang melakukan, saya yang menanggung malu? Benar saja. Saya sungguh malu, merasa kehormatan seorang wanita diinjak-injak di depan saya, dan saya hanya bisa diam. Ahh, sekali lagi, saya memang tidak semaskulin dan seberani pikiran saya. Lagian, si cewek adem ayem aje, gak ada penolakan. Seandainya saja cewek itu marah, maka saya akan membantunya menyingkirkan cowok ingusan dan bau itu dari dalam bis. Mau saya injak-injak, tendang keluar, biar dilindas mobil sekalian (huh!)
Mungkin sepenggal sms, kisah yang saya dapat dari seorang saudari saya ini bisa menginspirasi:
Seorang lelaki Inggris bertanya kepada seorang syaikh: "Mengapa perempuan Islam dilarang berjabat tangan dengan lelaki lain?"
Syaikh: "Apa Anda bisa berjabat tangan dengan Ratu Elizabeth?"
Laki2: "Tentu saja tidak, Ratu kami bukan orang sembarangan, beliau hanya berjabat tangan dengan orang tertentu saja"
Syaikh" (tersenyum)" Demikian pula dalam Islam. Muslimah kami adalah Ratu, bukan wanita sembarangan. Hanya orang tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan mereka."
Subhanallah. Alangkah indahnya cara Islam meninggikan wanita. Namun, alangkah sayangnya ketika wanita itu sendiri yang menjadikannya hina. Saudariku, kau yang mengaku ingin bahagia dan ingin dimuliakan oleh orang lain, maka muliakanlah dulu dirimu sendiri. Hargailah dulu diri kita sendiri. Bukankah sesuatu yang berharga dan mahal harganya itu sulit dijangkau dan berada di tempat yang baik dan terjaga? Begitu pun kita wanita, terlebih yang mengaku muslimah. Aturan Allah itu adalah aturan main yang terbaik dalam mengatur segala aspek kehidupan kita. Mutlak. 
Saya yang menuliskan ini tidaklah lebih baik dari yang membaca ataupun dengan apa yang saya tuliskan. Saya hanya ingin mengingatkan kita semua, terlebih pribadi saya sendiri. Karena saya sedih dengan suatu hal yang tidak bisa saya cegah dengan tangan saya. Semoga tulisan ini bisa mencegah lebih dari itu. Amin ya Rabb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 01 November 2011

saya bisa anarkis, camkan itu!

Saat-saat sendiri seperti ini bagi saya adalah waktu yang kaya rasa. Kenapa? Iya, kadang saya bisa menjadi sangat bosan dengan kesendirian, tapi kadang juga bisa menjadi saat-saat terindah saya dengan imajinasi dan mimpi, dan menjadi saat produktif untuk menghasilkan tulisan -yang masih belajar- ini.
Kali ini saya ingin bercerita tentang kenangan kelam saya di dalam bis. Mengapa kelam? Yang benar saja, saya hampir melakukan tindakan anarkis di dalam bis mahasiswa. Arrggh, bisakah kau bayangkan betapa saya harus memompa kesabaran dengan sekuat tenaga untuk menahan keinginan saya melempar seseorang di dalam bis itu keluar jalan -tentu saja ketika bis masih berjalan-.
Mengapa pikiran saya bisa se-anarkis itu? Tenang teman, sekali lagi saya katakan saya anak manis. Tentu ada hal yang mengganggu saya sehingga saya ingin seribu kali melempar bahkan menendang orang itu ke jalan.
Hari itu....Saya kurang ingat persis hari apa. Yang pasti hari sudah sore dan ditemani hujan rintik setengah deras. Lagi-lagi saya pulang dari kampus dengan bis sendirian. Saya mengambil tempat duduk yang nyaman dengan seorang cewek. Di sebelah saya, ada sepasang manusia -ntah berprikemanusiaan atau tidak- (hufh, maafkanlah saya, karena saya hampir mati kesal dibuatnya) duduk berdua, sepertinya mereka sepasang kekasih, itu loh muda mudi yang mendeklarasikan mereka 'berpacaran'.
Mulanya saya tidak begitu peduli dengan sepasang pacar itu (?). Ntahlah, saya mau menyebutnya dengan sepasang pacar saja. Di awal-awal perjalanan, mereka seperti orang berpacaran umumnya, senyam senyum ntah bercerita apa, tapi lama kelamaan mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan di tempat umum! Kesal! Tentu saja saya bisa melihat gerak gerik mereka, karena mereka persis di sebelah saya. Saya tidak habis pikir bagaimana tangan si cowok ingusan dan bau kencur, laos, kunyit, serai, tomat busuk itu 'ngelaba' kesana kemari (maaf) ke si cewek. Allahurobbi.
Saya sungguh tidak tahu teman harus bertindak seperti apa dan sejauh mana. Pertama, tentu saja saya langsung memalingkan muka saya. Dosa!!! Saya pikir kejadian itu hanya akan berlangsung sebentar dan mereka akan sadar ini bis (tempat umum). Saya kembali menghadap lurus ke depan. Tapi tidak dapat saya pungkiri, luas pandangan mata kita tetap membuat saya bisa melihat gerak-gerik mereka. Kejadian itu berulang lagi! Lagi, lagi, si cowok terus ngelaba, dan yang saya herankan si cewek diam saja, seolah membolehkan dengan senang hati hal itu terjadi. Tidakkk!!! Saya sudah melempar pandangan sinis ke mereka, awalnya direspon, kejadian itu berhenti. Tapi lima menit kemudian itu terulang dan terulang dan mereka tak peduli dengan pandangan sinis dan risih saya. Seandainya cewek itu adalah adik perempuan saya, pasti sudah saya gampar, dan dapat saya pastikan saya sudah melempar ke jalan si cowok itu, tentu dengan muka yang sudah babak belur hancurr!
Apa yang harus saya lakukan? Saya benar-benar dilanda kegalauan saat itu teman. Saya tidaklah seberani itu menggampar mereka. Ternyata saya tidak sehebat itu melarang perbuatan maksiat terang-terangan di depan mata saya dan mencegahnya langsung dengan tangan saya. Yang saya lakukan saat itu, hanya selemah-lemahnya iman, saya hanya beristighfar sepanjang perjalanan dengan mata berkaca-kaca dan memohon ampun kepada Allah.
Saya betul-betul sedih..Sedih sekali rasanya melihat fenomena itu. Ntahlah saya tidak mau memposisikan bagaimana si cowok, karena saya sungguh benci dengan laki-laki itu! Sumpah serapah mungkin sudah saya lontarkan di dalam hati. Tapi saya sedih, ketika memposisikan diri dalam diri si cewek. Ya Allah..semoga Kau ampuni mereka, tunjukkan padanya yang benar dan yang salah.
 Saudariku,,sahabat perempuanku, adik-adik perempuanku, ingatlah: kita terlalu berharga untuk diperlakukan sedemikian rendahnya. Bukankah Rasul kita telah mengangkat derajat kita setinggi-tingginya, dan berkata Dunia ini perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah. Subhanallah. Bukan emas permata yang indah, bukan pula berlian milyaran harganya yang indah, tapi kita, wanita yang mau berusaha memperbaiki diri dan menjaga izzahnya (red: kehormatannya). Prestasi kita sebagai wanita bukanlah dengan menggandeng laki-laki yang disebut sebagai pacar itu. Bukan. Atau ketika kita berhasil menarik perhatian kaum adam dengan keelokan tubuh kita, sama sekali bukan. Saya jadi teringat kata seorang artis, sebutlah XYZ, dia berkata bagian tubuh yang saya sukai adalah pundak dan paha saya, karena bagian itu sangat bagus menurut saya, jadi saya selalu memakai pakaian short dress yang menampakkan pundak dan paha saya. Ckckck. Begitukah cara kita mengapresiasi kelebihan yang kita miliki? Apakah dengan mengumbarnya ke masyarakat luas adalah bentuk rasa syukur kita dengan kelebihan itu? Jika kau jawab iya. Maka saya bersedia membongkar isi kepalamu dan menggantinya dengan otak yang lebih orisinil, bebas polusi dan pengaruh roh jahat (hoho, ngawur).
Saya kembali banyak bertanya dan heran jika masih ada di zaman 2011 ini, di abad ini, masih ada wanita yang berpikir primitif. Ya iyalah, saya katakan primitif. Berpakaian seala kadarnya itu seperti kurang bahan adalah primitif bukan? Alhamdulillah jika sudah berpakaian yang tertutup sempurna, itu menandakan kalau kau wanita kaya (heleh). Kembali ke cerita kelam di bis tadi, saya terus merasa bersalah dan malu atas fenomena itu teman. Lah, mereka yang melakukan, saya yang menanggung malu? Benar saja. Saya sungguh malu, merasa kehormatan seorang wanita diinjak-injak di depan saya, dan saya hanya bisa diam. Ahh, sekali lagi, saya memang tidak semaskulin dan seberani pikiran saya. Lagian, si cewek adem ayem aje, gak ada penolakan. Seandainya saja cewek itu marah, maka saya akan membantunya menyingkirkan cowok ingusan dan bau itu dari dalam bis. Mau saya injak-injak, tendang keluar, biar dilindas mobil sekalian (huh!)
Mungkin sepenggal sms, kisah yang saya dapat dari seorang saudari saya ini bisa menginspirasi:
Seorang lelaki Inggris bertanya kepada seorang syaikh: "Mengapa perempuan Islam dilarang berjabat tangan dengan lelaki lain?"
Syaikh: "Apa Anda bisa berjabat tangan dengan Ratu Elizabeth?"
Laki2: "Tentu saja tidak, Ratu kami bukan orang sembarangan, beliau hanya berjabat tangan dengan orang tertentu saja"
Syaikh" (tersenyum)" Demikian pula dalam Islam. Muslimah kami adalah Ratu, bukan wanita sembarangan. Hanya orang tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan mereka."
Subhanallah. Alangkah indahnya cara Islam meninggikan wanita. Namun, alangkah sayangnya ketika wanita itu sendiri yang menjadikannya hina. Saudariku, kau yang mengaku ingin bahagia dan ingin dimuliakan oleh orang lain, maka muliakanlah dulu dirimu sendiri. Hargailah dulu diri kita sendiri. Bukankah sesuatu yang berharga dan mahal harganya itu sulit dijangkau dan berada di tempat yang baik dan terjaga? Begitu pun kita wanita, terlebih yang mengaku muslimah. Aturan Allah itu adalah aturan main yang terbaik dalam mengatur segala aspek kehidupan kita. Mutlak. 
Saya yang menuliskan ini tidaklah lebih baik dari yang membaca ataupun dengan apa yang saya tuliskan. Saya hanya ingin mengingatkan kita semua, terlebih pribadi saya sendiri. Karena saya sedih dengan suatu hal yang tidak bisa saya cegah dengan tangan saya. Semoga tulisan ini bisa mencegah lebih dari itu. Amin ya Rabb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar