Jumat, 18 November 2011

Memo untuk Kekasih 2

Allahu..
apa kabar? Aku tak perlu menyampaikan kabarku kan? Karena sekarang Engkau bisa lihat sendiri betapa kacaunya aku. Mata sembab, hati basah, jiwa yang lelah. Betapa terasa makin kerdilnya aku. Betapa terasa makin lemahnya aku. Betapa terasa makin miskinnya aku.
Sejatinya aku tak punya apa-apa!
Bahkan sebutir debu pun bukan milikku. Ah, apalagi takdir. Ia tak mau tunduk di kakiku, atau sekedar mau singgah di genggamku.
Jika boleh aku mencinta, aku mencintai semua senyum dan harapan. Jika boleh aku membenci, aku benci dengan semua kekecewaan yang memaksa.
Namun sejatinya aku tak punya apa-apa untuk mencinta atau membenci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 18 November 2011

Memo untuk Kekasih 2

Allahu..
apa kabar? Aku tak perlu menyampaikan kabarku kan? Karena sekarang Engkau bisa lihat sendiri betapa kacaunya aku. Mata sembab, hati basah, jiwa yang lelah. Betapa terasa makin kerdilnya aku. Betapa terasa makin lemahnya aku. Betapa terasa makin miskinnya aku.
Sejatinya aku tak punya apa-apa!
Bahkan sebutir debu pun bukan milikku. Ah, apalagi takdir. Ia tak mau tunduk di kakiku, atau sekedar mau singgah di genggamku.
Jika boleh aku mencinta, aku mencintai semua senyum dan harapan. Jika boleh aku membenci, aku benci dengan semua kekecewaan yang memaksa.
Namun sejatinya aku tak punya apa-apa untuk mencinta atau membenci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar