Jumat, 25 November 2011

karena kita manusia

Apa kau mengantuk? Oh, bukan. Apa saya mengantuk? He'em, bosan dengan ketidakjelasan perasaan dan semangat yang turun naik, membuat saya terombang-ambing dalam ketidakjelasan gelombang emosi yang abstrak ini (hedeh,apa sih?)
Baiklah, saya bingung harus memulainya darimana.
Saya ingin bercerita sedemikian rupa sebelum akses internet modem saya ini habis. Benar, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini. Kali ini izinkan saya menuliskan kisah saya dan air mata #haduwh,. Saya baru menyadari ternyata saya begitu akrab dengannya. Ntahlah, saya bisa menangis dimana saja saya suka. Huks huks. Don't try this at home yak!
Saya (memang) mudah menangis, tapi saya tidak suka jika dibilang cengeng. Tolonglah ya, air mata itu bukanlah indikasi utama dari kelemahan. Terutama bagi seorang wanita berhati lembut seperti saya (#hueks), maksudnya bagi hampir setiap wanita, air mata adalah salah satu cara mengekspresikan perasaannya. Tepat sekali karena wanita didominasi oleh perasaan. Air mata dapat menjadi ekpresi kegembiraan, kegalauan, dan segala hal yang tak bisa wanita ekspresikan dengan kata.
Saya pun menjadi teringat betapa saya sering menangis di saat orang lain terheran mengapa harus menangis?
Awalnya saya pikir ada masalah dengan diri saya. Benar saja, saya tidak bisa marah. Ketika rasa marah itu begitu memuncak dan menyesakkan, maka semuanya akan terekspresi dengan tangisan. Sering seperti itu. Sebenarnya, otak penuh dengan kata-kata atau apalah yang ingin sekali saya lontarkan ketika saya marah, tapi mulut hanya diam. Akhirnya kata-kata yang mendesak itu keluar lewat buliran air mata. Huks. Setelah saya rasa puas menuangkan kekesalan, berhentilah adegan tangis menangis itu. Tapi apa yang dirasakan setelahnya? Tentu saja perasaan lega yang luar biasa dan saya bisa menjadi lebih tegar berlipat-lipat setelahnya.
Ah, sebenarnya tidak secengeng itu juga teman. Hanya saja saya agak kerempongan (kesulitan) menata emosi ketika berada di situasi kondisi yang bagi saya sulit (sedikit pledoi).
Saya gak malu tuh ketika teman tertawa melihat saya sesegukan menonton film Doraemon. Teman saya geli melihat saya menagis menyaksikan adegan Nobita dan Kibo yang akhirnya berpisah setelah bumi berhasil diselamatkan oleh tumbuhan pahlawan itu. Rasanya tidak berlebihan kok. Coba deh, peka sedikit sama film kartun yang membawa pesan moral --> sayangi tumbuhan, lestarikan bumi kita dengan pohon, atau go green!! (?)
Saya juga dengan mudah menangis ketika baru 10 menit berjalan film Laskar Pelangi. Bener dah, dari awal sampai akhir saya sesak dengan air mata. Lalu, bisa menangis saat dicuekin, apalagi saat dibentak. Ihh, paling tidak suka dibentak. Itu perbuataan yang kurang berprkemanusiaan dan berprikeadilan.
Menangis. Tentu saja ada follow up nya lah. Setelah itu, saya harus bisa kembali berpikir realistis dan logis, tentu setelah meluapkan perasaan tadi. Ckck.
Hasil riset yang pernah saya baca, laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk terserang sakit jantung daripada wanita. Nah loh, kenapa?
Itu dikarenakan laki-laki kurang bebas berekspresi daripada wanita (?). Thats right. Ketika merasa sedih, pedih, dan kesal, kebanyakan wanita bisa saja menangis sesukanya. Sedangkan untuk laki-laki, menangis adalah hal yang memalukan. Mereka lebih memilih memendam perasaan sedih,pedih,galau,kesal,de el el daripada harus menumpahkannya dengan air mata. Ini yang menjadi perkara tidak baik untuk kesehatan, terutama jantung.
Jadi, menangis bukanlah indikasi utama kelemahan (lagi).
Saya anjurkan anda menangis untuk sekedar menumpahkan perasaan sedih, ataupun galau, ataupun takut. Apalagi tangisan itu adalah tangis karena takut kepada Allah. Hmm,,bukankah sepasang mata yang diharamkan disentuh oleh api neraka adalah mata yang menangis karena takut kepada Allah?
Yup, anda yang tak pernah menangis atau sulit menangis, jangan dulu cepat berbangga dan berkata kalau anda orang yang hebat. Periksa dulu hati kita. Ada yang salah kah? Sehingga hati sulit sakali untuk menangis.
Toh, bayi yang baru terlahir ke dunia saja menangis, akan jadi pertanyaan ketika bayi tidak nangis (?).
Menangislah jika harus menangis,,karena kita semua manusia (nyanyi mode on).
Okey, enough.
Silahkan diambil manfaatnya, sekiranya ada manfaat ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 25 November 2011

karena kita manusia

Apa kau mengantuk? Oh, bukan. Apa saya mengantuk? He'em, bosan dengan ketidakjelasan perasaan dan semangat yang turun naik, membuat saya terombang-ambing dalam ketidakjelasan gelombang emosi yang abstrak ini (hedeh,apa sih?)
Baiklah, saya bingung harus memulainya darimana.
Saya ingin bercerita sedemikian rupa sebelum akses internet modem saya ini habis. Benar, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini. Kali ini izinkan saya menuliskan kisah saya dan air mata #haduwh,. Saya baru menyadari ternyata saya begitu akrab dengannya. Ntahlah, saya bisa menangis dimana saja saya suka. Huks huks. Don't try this at home yak!
Saya (memang) mudah menangis, tapi saya tidak suka jika dibilang cengeng. Tolonglah ya, air mata itu bukanlah indikasi utama dari kelemahan. Terutama bagi seorang wanita berhati lembut seperti saya (#hueks), maksudnya bagi hampir setiap wanita, air mata adalah salah satu cara mengekspresikan perasaannya. Tepat sekali karena wanita didominasi oleh perasaan. Air mata dapat menjadi ekpresi kegembiraan, kegalauan, dan segala hal yang tak bisa wanita ekspresikan dengan kata.
Saya pun menjadi teringat betapa saya sering menangis di saat orang lain terheran mengapa harus menangis?
Awalnya saya pikir ada masalah dengan diri saya. Benar saja, saya tidak bisa marah. Ketika rasa marah itu begitu memuncak dan menyesakkan, maka semuanya akan terekspresi dengan tangisan. Sering seperti itu. Sebenarnya, otak penuh dengan kata-kata atau apalah yang ingin sekali saya lontarkan ketika saya marah, tapi mulut hanya diam. Akhirnya kata-kata yang mendesak itu keluar lewat buliran air mata. Huks. Setelah saya rasa puas menuangkan kekesalan, berhentilah adegan tangis menangis itu. Tapi apa yang dirasakan setelahnya? Tentu saja perasaan lega yang luar biasa dan saya bisa menjadi lebih tegar berlipat-lipat setelahnya.
Ah, sebenarnya tidak secengeng itu juga teman. Hanya saja saya agak kerempongan (kesulitan) menata emosi ketika berada di situasi kondisi yang bagi saya sulit (sedikit pledoi).
Saya gak malu tuh ketika teman tertawa melihat saya sesegukan menonton film Doraemon. Teman saya geli melihat saya menagis menyaksikan adegan Nobita dan Kibo yang akhirnya berpisah setelah bumi berhasil diselamatkan oleh tumbuhan pahlawan itu. Rasanya tidak berlebihan kok. Coba deh, peka sedikit sama film kartun yang membawa pesan moral --> sayangi tumbuhan, lestarikan bumi kita dengan pohon, atau go green!! (?)
Saya juga dengan mudah menangis ketika baru 10 menit berjalan film Laskar Pelangi. Bener dah, dari awal sampai akhir saya sesak dengan air mata. Lalu, bisa menangis saat dicuekin, apalagi saat dibentak. Ihh, paling tidak suka dibentak. Itu perbuataan yang kurang berprkemanusiaan dan berprikeadilan.
Menangis. Tentu saja ada follow up nya lah. Setelah itu, saya harus bisa kembali berpikir realistis dan logis, tentu setelah meluapkan perasaan tadi. Ckck.
Hasil riset yang pernah saya baca, laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk terserang sakit jantung daripada wanita. Nah loh, kenapa?
Itu dikarenakan laki-laki kurang bebas berekspresi daripada wanita (?). Thats right. Ketika merasa sedih, pedih, dan kesal, kebanyakan wanita bisa saja menangis sesukanya. Sedangkan untuk laki-laki, menangis adalah hal yang memalukan. Mereka lebih memilih memendam perasaan sedih,pedih,galau,kesal,de el el daripada harus menumpahkannya dengan air mata. Ini yang menjadi perkara tidak baik untuk kesehatan, terutama jantung.
Jadi, menangis bukanlah indikasi utama kelemahan (lagi).
Saya anjurkan anda menangis untuk sekedar menumpahkan perasaan sedih, ataupun galau, ataupun takut. Apalagi tangisan itu adalah tangis karena takut kepada Allah. Hmm,,bukankah sepasang mata yang diharamkan disentuh oleh api neraka adalah mata yang menangis karena takut kepada Allah?
Yup, anda yang tak pernah menangis atau sulit menangis, jangan dulu cepat berbangga dan berkata kalau anda orang yang hebat. Periksa dulu hati kita. Ada yang salah kah? Sehingga hati sulit sakali untuk menangis.
Toh, bayi yang baru terlahir ke dunia saja menangis, akan jadi pertanyaan ketika bayi tidak nangis (?).
Menangislah jika harus menangis,,karena kita semua manusia (nyanyi mode on).
Okey, enough.
Silahkan diambil manfaatnya, sekiranya ada manfaat ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar