Selasa, 22 Mei 2012

every child is special

Duniaku saat ini berwarna-warni, seperti pelangi yang tak hilang walau cahaya sudah tak lagi bias.
Hari-hari yang memang melelahkan, rasanya tak berarti apa-apa setelah bertemu dengan bintang gemintang. Bintang gemintang? Yup, anak-anak itu. Mereka kusebut bintang!

-Flash back-
Aku tak pernah berpikir menjadi seorang guru waktu ku kecil. Ketika aku kini telah memilih jalan ini dalam fase pencarian jati diri, aku pun merasa menemukan ini duniaku! Really! 

Anak-anak...selalu ada alasan yang membuatku bahagia ketika melihat tingkah polanya.
Bagaimana tidak aku tertawa melihat ulah mereka yang menggemaskan itu? Pikiran mereka yang sungguh polos. Pipi yang chubby (yang suka aku cubit sayang). Tingkah yang manja. Semuanya aku suka.
Penggalan kisahku tentang mereka :)
Hari itu aku ternyata masuk mengajar di kelas 3 dan 4 SD. Ya ampun, aku sok bisa banget mengelola kelas itu. Padahal pengalaman yang kupunya hanya mengajar anak-anak SMA. Jelas itu akan berbeda sekali. Duh restiiii...
Usai aku menuliskan soal-soal latihan di papan tulis, seorang anak perempuan yang lucu dengan tubuh gempalnya, rambut pendek yang dihiasi bandana membuat wajahnya makin imut mendekatiku. 
Dengan muka bingung dan agak takut-takut atau malu-malu (ntahlah, ekspresinya kurang jelas), "Miss, yang nomor duo itu cakmano miss yo?" dengan gaya bicara anak kecilnya.
"Nomor dua? Ya, kenapa sayang?" aku baca soalnya: Sebutkan cara-cara untuk melestarikan sumber daya alam! lalu aku tatap wajahnya," Bingungnya dimana?"
"Berapo ikok miss jawabannyo?" dengan mata kesana kemari..Uhh,,gemes banget liatnya. 
Aku tersenyum. "Kalau pertanyaannyo itu sebutkan cara-cara. Cara-cara itu menunjukkan lebih dari satu nak. Jadi jawabnyo harus lebih dari satu".
"Oh, cak itu miss yo? Harusnyo ado berapo miss jawabannyo?" dia masih belum puas dengan penjelasanku.
"Kalo yang miss jelaskan tadi ado berapo coba?" tanyaku mengajaknya mengingat lagi.
"Ado limo miss" jawabnya antusias. Aku tersenyum (lagi).
"Yo, tulis limo." jawabku sambil menepuk pipinya yang chubby itu.

Aha..begitulah mereka. Hal sekecil itupun sulit mereka mengerti, harus minta kejelasan. Aku memang agak excited dengan hal-hal kecil sejak sering berinteraksi dengan anak-anak. Mungkin karena selama di dunia kampus, aku sudah terlalu berpikir ala orang perfeksionis. Yang bicara masalah, solusi, berpikir kompleks dan global, serta harus seideal-idealnya.
Mereka seperti obat. Ketika aku datang dengan rasa malas yang memberatkan, tapi seketika malas itu memuai ketika melihat tawa hangat mereka. Ketika masalah-masalah terasa menggelayuti pikiran, seketika ia bebas lepas ketika aku fokus ingin mereka memahami apa yang aku ajarkan.

Ya, walaupun tingkah mereka terkadang ada juga yang menyebalkan. Namun itu hanya latihan kesabaran saja. Mereka yang bertingkah agak nakal itu sebenarnya hanya butuh diperhatikan (teoriku saja). 
Ada seorang anak laki-laki yang izin keluar kelas, katanya mau buang air kecil. Lalu kuizinkan. Tak beberapa lama, teman-temannya yang berada di dalam kelas tertawa-tawa geli melihat ke arah pintu. Ada apa ini, pikirku. Aku bergerak ke arah pintu. Hmm, ternyata si anak yang izin ke kamar kecil tadi sedang asyik memainkan gagang sapu, seolah-olah dia sedang memegang senapan terbagus dan menembaki teman-temannya. Ya ampyuuunn. Aku pun berdiri di depan pintu dengan eksperesi muka yang seolah berkata: ngapain kamu disitu? cepat masuk! Anak itu pun mengerti ekspresiku dan masuk lagi ke dalam kelas.
Every child is special.
Mereka dengan tingkah pola yang berbeda-beda, semuanya begitu spesial di mataku. Anak-anak yang mengajarkan kejujuran lewat kepolosonnya, ceria lewat semangatnya, besar hati lewat mudahnya mereka memaafkan temannya, gentle lewat keberanian mengakui kesalahannya, mau mendengar lewat keikhlasannya menerima pendapat orang lain. (argghh,,mestinya belajarlah hal positif dari anak-anak! Jangan kekanak-kanakan! hufhhh,,aku mulai meracau).
Melihat wajah mereka, aku yakin, merekalah anak-anak yang sukses di kemudian hari. Merekalah generasi yang mengubah negeri ini menjadi lebih baik. Merekalah harapan orang tua dan negara ini. Merekalah...Allah beri kesempatan kepada mereka, kelak menjadi generasi yang lebih baik, menggantikan generasi yang tergantikan (apa coba?)
Aamiin.....
-Resti, yang sedang memungut hikmah yang terabaikan oleh kita 
yang merasa sudah hebat dengan pendapat pribadi (????)-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 22 Mei 2012

every child is special

Duniaku saat ini berwarna-warni, seperti pelangi yang tak hilang walau cahaya sudah tak lagi bias.
Hari-hari yang memang melelahkan, rasanya tak berarti apa-apa setelah bertemu dengan bintang gemintang. Bintang gemintang? Yup, anak-anak itu. Mereka kusebut bintang!

-Flash back-
Aku tak pernah berpikir menjadi seorang guru waktu ku kecil. Ketika aku kini telah memilih jalan ini dalam fase pencarian jati diri, aku pun merasa menemukan ini duniaku! Really! 

Anak-anak...selalu ada alasan yang membuatku bahagia ketika melihat tingkah polanya.
Bagaimana tidak aku tertawa melihat ulah mereka yang menggemaskan itu? Pikiran mereka yang sungguh polos. Pipi yang chubby (yang suka aku cubit sayang). Tingkah yang manja. Semuanya aku suka.
Penggalan kisahku tentang mereka :)
Hari itu aku ternyata masuk mengajar di kelas 3 dan 4 SD. Ya ampun, aku sok bisa banget mengelola kelas itu. Padahal pengalaman yang kupunya hanya mengajar anak-anak SMA. Jelas itu akan berbeda sekali. Duh restiiii...
Usai aku menuliskan soal-soal latihan di papan tulis, seorang anak perempuan yang lucu dengan tubuh gempalnya, rambut pendek yang dihiasi bandana membuat wajahnya makin imut mendekatiku. 
Dengan muka bingung dan agak takut-takut atau malu-malu (ntahlah, ekspresinya kurang jelas), "Miss, yang nomor duo itu cakmano miss yo?" dengan gaya bicara anak kecilnya.
"Nomor dua? Ya, kenapa sayang?" aku baca soalnya: Sebutkan cara-cara untuk melestarikan sumber daya alam! lalu aku tatap wajahnya," Bingungnya dimana?"
"Berapo ikok miss jawabannyo?" dengan mata kesana kemari..Uhh,,gemes banget liatnya. 
Aku tersenyum. "Kalau pertanyaannyo itu sebutkan cara-cara. Cara-cara itu menunjukkan lebih dari satu nak. Jadi jawabnyo harus lebih dari satu".
"Oh, cak itu miss yo? Harusnyo ado berapo miss jawabannyo?" dia masih belum puas dengan penjelasanku.
"Kalo yang miss jelaskan tadi ado berapo coba?" tanyaku mengajaknya mengingat lagi.
"Ado limo miss" jawabnya antusias. Aku tersenyum (lagi).
"Yo, tulis limo." jawabku sambil menepuk pipinya yang chubby itu.

Aha..begitulah mereka. Hal sekecil itupun sulit mereka mengerti, harus minta kejelasan. Aku memang agak excited dengan hal-hal kecil sejak sering berinteraksi dengan anak-anak. Mungkin karena selama di dunia kampus, aku sudah terlalu berpikir ala orang perfeksionis. Yang bicara masalah, solusi, berpikir kompleks dan global, serta harus seideal-idealnya.
Mereka seperti obat. Ketika aku datang dengan rasa malas yang memberatkan, tapi seketika malas itu memuai ketika melihat tawa hangat mereka. Ketika masalah-masalah terasa menggelayuti pikiran, seketika ia bebas lepas ketika aku fokus ingin mereka memahami apa yang aku ajarkan.

Ya, walaupun tingkah mereka terkadang ada juga yang menyebalkan. Namun itu hanya latihan kesabaran saja. Mereka yang bertingkah agak nakal itu sebenarnya hanya butuh diperhatikan (teoriku saja). 
Ada seorang anak laki-laki yang izin keluar kelas, katanya mau buang air kecil. Lalu kuizinkan. Tak beberapa lama, teman-temannya yang berada di dalam kelas tertawa-tawa geli melihat ke arah pintu. Ada apa ini, pikirku. Aku bergerak ke arah pintu. Hmm, ternyata si anak yang izin ke kamar kecil tadi sedang asyik memainkan gagang sapu, seolah-olah dia sedang memegang senapan terbagus dan menembaki teman-temannya. Ya ampyuuunn. Aku pun berdiri di depan pintu dengan eksperesi muka yang seolah berkata: ngapain kamu disitu? cepat masuk! Anak itu pun mengerti ekspresiku dan masuk lagi ke dalam kelas.
Every child is special.
Mereka dengan tingkah pola yang berbeda-beda, semuanya begitu spesial di mataku. Anak-anak yang mengajarkan kejujuran lewat kepolosonnya, ceria lewat semangatnya, besar hati lewat mudahnya mereka memaafkan temannya, gentle lewat keberanian mengakui kesalahannya, mau mendengar lewat keikhlasannya menerima pendapat orang lain. (argghh,,mestinya belajarlah hal positif dari anak-anak! Jangan kekanak-kanakan! hufhhh,,aku mulai meracau).
Melihat wajah mereka, aku yakin, merekalah anak-anak yang sukses di kemudian hari. Merekalah generasi yang mengubah negeri ini menjadi lebih baik. Merekalah harapan orang tua dan negara ini. Merekalah...Allah beri kesempatan kepada mereka, kelak menjadi generasi yang lebih baik, menggantikan generasi yang tergantikan (apa coba?)
Aamiin.....
-Resti, yang sedang memungut hikmah yang terabaikan oleh kita 
yang merasa sudah hebat dengan pendapat pribadi (????)-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar