Aku tidak tahu (untuk
kali berikutnya) mengapa aku menulis ini. Ya, mungkin jawabannya karena mood
dan insting menulisku sedang ‘on’ saat ini.
Masih lekat saat-saat aku mengisi blog ini dengan banyak
sekali muhasabah dan refleksi diri, pas satu tahun yang lalu. 14 Oktober. Kau
tau itu tanggal apa? Hehe.. same with a year ago, nothing special and it must
be nothing special to celebrate.
14 oktober 2012...alarm kehidupanku sedang berdering. Seolah
membangunkanku,,heeeyyy!!! Usiamu berkurang satu lagi resty! Allahu...
Innalillahi wa innailaihi rajiun...
Tidak, harusnya momen muhasabah itu gak kudu pas banget gitu
(*alay) di hari ini, karena muhasabah itu ya harusnya tiap hari, ademnya itu
pas sepertiga malem, setiap hari. Gak mesti hari ini!!! *catet
Lalu, kenapa elo mau menulis postingan itu hari ini Res? Gak
papa, anggaplah aku sedang ingin sekali menulis. Sudah, kita cukupkan sampai
disini kata pengantarnya -_-”
Secara ilmu matematika manusia, hari ini usiaku bertambah.
22 + 1 = 23. Orang pada umumnya, menyambut dengan sukacita ‘pertambahan’ umur
ini. Secara, banyak orang yang menganggap hari lahirnya adalah hari istimewa.
Yup, aku pun begitu. Kalau orang-orang di luar sana, menganggapnya istimewa
dengan suka cita dan huru hara (eh, hura-hura). Lantas pertanyaannya, benarkah
seperti itu?
Manusiawi sekali, ketika di hari lahir kita merasa senang jika ada yang mengingatnya dan mendoakan kita, atau bahkan memberi kita hadiah. Itu manusiawi.
Namun, jika kita mau sedikit lebih rasional dan mendalam dalam berpikir. Pantaskah kita merayakannya berlebihan, sedangkan harusnya kita bersedih dan was-was karena maut sebenarnya semakin dekat.
Yah, pasti sebagian besar orang akan menampikkan kalimat saya sebelumnya. Ah, elu Res, sok bijak banget, ayolah, ini hanya satu tahun sekali. Hhaaa..
Aku juga senang, pasti. Saat satu per satu, orang tua, adik, keluarga, teman, semuanya mengucapkan HBD atau met milad atau doa-doa lain di hari lahirku. Tapi aku lebih bahagia jika mereka tidak hanya di hari ini mengingat dan mendoakanku, atau tidak hanya formalitas atau hanya di lisan mereka ikut mendoakanku.
Semoga tidak...
Oke, by the way, terima kasih semuanya, semoga kalian semua, yang mendoakanku langsung maupun diam-diam, semoga kalian mendapatkan kebaikan yang lebih baik dari apa yang kalian doakan untukku. Aamiin ya Rabb.
Manusiawi sekali, ketika di hari lahir kita merasa senang jika ada yang mengingatnya dan mendoakan kita, atau bahkan memberi kita hadiah. Itu manusiawi.
Namun, jika kita mau sedikit lebih rasional dan mendalam dalam berpikir. Pantaskah kita merayakannya berlebihan, sedangkan harusnya kita bersedih dan was-was karena maut sebenarnya semakin dekat.
Yah, pasti sebagian besar orang akan menampikkan kalimat saya sebelumnya. Ah, elu Res, sok bijak banget, ayolah, ini hanya satu tahun sekali. Hhaaa..
Aku juga senang, pasti. Saat satu per satu, orang tua, adik, keluarga, teman, semuanya mengucapkan HBD atau met milad atau doa-doa lain di hari lahirku. Tapi aku lebih bahagia jika mereka tidak hanya di hari ini mengingat dan mendoakanku, atau tidak hanya formalitas atau hanya di lisan mereka ikut mendoakanku.
Semoga tidak...
Oke, by the way, terima kasih semuanya, semoga kalian semua, yang mendoakanku langsung maupun diam-diam, semoga kalian mendapatkan kebaikan yang lebih baik dari apa yang kalian doakan untukku. Aamiin ya Rabb.
Yang jelas, aku merasa benar-benar telah menjadi wanita dewasa sekarang. Dewasa, sebuah kata yang harus dipertanggungjawabkan seiring bertambahnya tanggung jawab dalam hidupku. Semakin berkurangnya sisa umurku di dunia ini, maka harus, wajib bagiku untuk menjadi wanita/muslimah/anak salihah/calon ibu (aamiin) yang baik. Harus lebih bermanfaat, bagi keluarga, teman, orang-orang yang berada di sekitarku. Insyaallah.. Yeah, i'm a woman now.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar